Februari 2007
"Farsh, mau ikut Ibu?" tanya wanita bermata indah nan sendu itu. Yang Farshad tahu, setiap kali melihat matanya, Farshad merasa begitu tenang. Tapi, semakin hari cahaya matanya tak seterang itu. Farshad tahu Ibunya sakit. Semakin hari tubuhnya semakin kurus.
"Kemana Bu?"
"Ke rumah sakit." Ibunya tersenyum sambil menggenggam tangan anaknya.
"Kristal gimana Bu?" Farshad menoleh pada gadis yang saat ini tengah tertidur pulas di kasurnya. Adiknya tertidur setelah habis belajar bersama Farshad.
"Ibu gak tega bangunin Kristal, kita aja ya yang berangkat?" ujar Ibunya sambil mengusap lembut puncak kepala Farshad. Farshad hanya tersenyum dan mengangguk.
Ayahnya sedang tak berada di rumah. Yang Farshad tahu, Ayahnya sering keluar rumah, entah kemana. Pergi kah? Menjauh kah dari Ibunya? Farshad masih tak mengerti.
Setelah keluar dari taksi, Ibu Farshad terus memegangi tangan Farshad hingga berada di meja informasi rumah sakit. Ibunya menyebut nama seseorang, kemudian ia dipersilakan menunggu di ruang tunggu. Farshad menyusuri rumah sakit dengan matanya dengan takjub. Ia selalu suka di rumah sakit, melihat para pria dan wanita yang mondar-mandir memakai 'jubah' putih. Menurut Farshad terlihat keren.
Farshad dan Ibunya duduk di ruang tunggu, "Farsh, tunggu di sini sebentar ya? Ibu mau ke toilet." Farshad hanya mengangguk sambil menatap punggung Ibunya yang lama kelamaan menghilang.
Farshad duduk sambil memandangi ujung sepatunya. Tak lama kemudian, pandangannya teralih pada gadis kecil berambut coklat yang memegangi balon berwarna merah. Ia menoleh ke kanan dan kiri, seperti sedang mencari sesuatu. Balon itu begitu menarik perhatian Farshad. Farshad pun mengikuti langkah gadis kecil itu.
Farshad hanya terus memandangi balon merah yang melayang itu. Padahal Farshad sudah kelas 4 SD, namun jika melihat balon, ia tetap tak bisa berhenti terhipnotis. Baginya, balon punya makna tersendiri. Terutama balon merah. Balon yang dulu diberikan padanya ketika wanita itu meninggalkannya. Apa gadis ini akan membawanya menuju wanita itu?
Farshad kini berada di taman rumah sakit. Ditatapnya orang-orang di sekelilingnya. Asing. Ia mulai takut. Apa dirinya tersesat?
Gadis kecil tadi menoleh ke arahnya. Ia menautkan alisnya, menatap Farshad bingung, "Kenapa kamu ngikutin aku?" tanyanya polos, "Apa kamu tahu dimana Mamaku?" tanyanya lagi. Suara itu, Farshad menyukainya. Suara yang membuat Farshad tenang, entah kenapa.
Farshad kecil menggelengkan kepalanya. Dilihatnya mata gadis itu berwarna coklat. Matanya indah.
Gadis itu mengangguk lemah, "Mama aku kemana ya? Apa aku ditinggal?" Ia hampir menangis tapi ditahannya.
"Jangan nangis." Farshad berusaha menenangkan gadis itu, namun sebenarnya dirinya sendiri tak tenang karena kehilangan Ibunya.
"Aku gak nangis kok. Justru kamu yang mau nangis. Mama kamu mana?"
Farshad menggelengkan kepalanya sekali lagi.
"Ayo kita cari Mama kita sama-sama." Gadis berambut coklat itu tersenyum kemudian menarik tangan Farshad. Mereka berdua menyusuri taman, mencari sosok Ibu mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear My Voice
Roman pour Adolescents[COMPLETE]Flora Callia Valerie, atau sering dipanggil Flora. Cewek populer, cantik, tapi ditakuti cowok. Cewek tomboy yang jagonya berantem. Tapi kalau urusan pelajaran, dia mundur. Bukan karna gak pinter, hanya karna malas. Walaupun terkenal serem...