09. ANGRY

1.5K 152 6
                                    

Raya sudah tak bernafsu untuk makan. Ia hanya menatap Aris yang begitu lahap menikmati makanannya karena memang lapar.

"Kok gak makan Yank?" tanya Aris.

"Hm... Gak terlalu laper......" jawabnya singkat yang hanya mendapat response Oo..... dari Aris.

Begitu Aris menyelesaikan makan dan minumnya, Raya pun segera mengajaknya pulang.
"Udah? Langsung pulang aja ya?" tanya dan pintanya setengah memaksa.

Aris mengernyit.
"Pulang??? Baru juga jam tujuh malam. Gak pengen jalan-jalan kemana gitu....?" 

"Gak ah...." Raya menggeleng lemah.

Yach.... padahal besok-besok kita pasti susah ketemu Ray. Bukannya besok kamu mulai ngantor di radio?

Raya bisa menangkap kekecewaan Aris.
"Maaf ya..... tapi Kakakku sudah....."
Belum menyelesaikan ucapannya Aris yang mulai paham situasi segera memotong.

"Ok. Aku tahu. Ya Udah.... kita pulang."

Raya sedikit legah.... Ia tak perlu terlibat dalam perdebatan cyantik, atau bujuk membujuk. Aris benar-benar memahami posisinya.

*****

Sadar akan kegelisahan Raya, Aris pun melajukan motornya lebih cepat.
"Thanks ya Ris," lirih Raya dibalik helmnya.

Raya turun dari motor dengan senyum sumringah, meresapi sisa-sisa kebahagiannya sepanjang sore ini.

Sebuah tangan menarik lengannya kasar hingga Raya terhuyung dan berjalan mengikuti tarikan lengan kekar itu menuju ke dalam rumah.

"AA'....."
Raya tak berani melanjutkan protesnya melihat ekspresi kemarahan di wajah Dani. Matanya memerah membulat sempurna.

Aris masih diluar memarkir motornya dan berbasa-basi pada tetangganya.

"Dari mana kamu? Pacaran? Pacaran dimana? Ngapain aja? Segitu pentingnya dia buat kamu sampai tak sempat mengangkat telpon kakak? Sebegitu asiknya kalian sampai tak ingat orang lain khawatir, HA?" 

Raya diam menunduk.

"Berapa puluh kali harus Gue bilang sih Ray! Gue gak suka Lo pacaran sama dia? Gue sudi nutupin hubungan Lo sama dia di depan Abah bukan berarti Gue setuju! Gue kasih kesempatan Lo, adik Gue, yang katanya sudah dewasa! Yang katanya bisa bertanggung jawab! Komitmen!" Dani setengah berteriak mengguncang tubuh Raya kasar memaksanya untuk bicara!

Aris masuk  dan langsung menyaksikan pemandangan yang tak mengenakkan itu. 

Ini pasti karena ia tak meminta ijin pada Dani sehingga.....

Dani mengalihkan pandangan menyadari kehadiran Aris dan segera menarik tangan Aris dan membawanya keluar. Mereka terlibat perbincangan serius. Bebera kali Raya mendengar suara keras adu mulut dan  bunyi gebrakan.Raya tak begitu jelas mendengar perdebatan mereka, yang jelas Dani mendominasi dengan amukannya. 

Raya tahu Aris selalu lemah lembut padanya, tak pernah berlaku keras padanya. Tapi ia juga tahu bagaimana perilaku Aris diluar sana. Ia tak segan-segan untuk berlaku kasar dan temperamental, apalagi yang menyangkut hubungan mereka. Bukan tak mungkin Aris akan emosi dan meladeni amarah Dani. 

Takut terjadi hal-hal yang lebih fatal, Raya pun keluar. 

"BRENTI!!!!!" Teriak Raya.

Sontak keduanya memandang ke sumber suara.

"Ingat itu!" Dani menunjuk Aris.

"Lelaki sejati pantang ingkari janji Ris!" Ucapnya lagi dengan nada mengancam.

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang