69. BANDUNG I'M COMING

1.3K 133 14
                                    


Anis dan Wira membiarkan saja orang-orang rumah bergosip tentang Raya dan Mondy, toh hari ini mereka akan pulang, kembali ke rumah masing-masing.

Anis dan Wira harus menebalkan kuping dan pura-pura budek.

Anis sudah meminta Pak Karim, Kepala ART di rumahnya untuk mengurus segala sesuatu berkaitan dengan kepulangan tamu-tamunya.

Mondy tidur pulas tanpa memikirkan gunjingan orang-orang rumah. Ia benar-benar kelelahan. Sebagai putra tunggal yang telah dewasa, ia bertanggung jawab penuh pada kelancaran penyelenggaraan acara pernikahan mamanya.

Seandainya ia tidak kelelahan  mungkin saat ini dia telah terbawa emosi mendengar ocehan tante-tantenya. Ia pun akan kesal pada Raya.

Ternyata lelah pun membawa berkah ya? Hehehe......

Mondy bangun tengah hari karena Anis dan Wira membangunkannya.

“Anak mama..... Kasian..... Mon- Mondy, Bangun sayang! Udah cukup bobonya. Mon.... bangun Nak!” Anis mengguncang-guncang tubuh Mondy, sementara Wira duduk di ujung tempat tidur, memperhatikan.

Perlahan Mondy meregangkan tubuhnya masih dalam mata terpejam, lalu ia bangun dan duduk bersandar masih terpejam.

Anis terkekeh pelan menoleh ke arah suaminya. “Tuh, kesayanganmu Mas. Kecapean gak bisa melek.”

Wira tersenyum. “Coba aja yang banguninn Raya pasti langsung melek tuh Mah!” ledek Wira.

Mondy mengerjapkan matanya dan segera membuka kelopak matanya, tersenyum pada orang tuanya. Mereka tampak segar? Bugar dan rapi.

“Mama cantik sekali ....” ucap Mondy menaik turunkan alisnya, memeluk pinggang mamanya.

Anis tertunduk tahu puteranya sedang bermanja-manja. Dielusnya kepala Mondy. “Melek dulu Mon!”

Mondy membuka mata dan langsung menangkap Wira ada di sana.

“Eh ada Papa Ayah..... Ayah papa... Ayah Wira juga ganteng. Rapih... Gak kayak biasanya. hehe...” goda Mondy mengalihkan pandangan ke Wira.

“Jelas dong. Kan sekarang ada yang ngurusin. Ada yang merhatiin, ada yang milihin baju, nyiapin sarapan, nemenim sarapan, nemenin tidur.... ya segerlah! Gak kayak kamu!” Wira mengerling genit pada Anis, yang langsung di timpuk lembut dengan bantal yang ada di pangkuin Mondy.

“Udah....udah...deh. Pacarannya jangan di depan Mondy! Plisss.......kayak masih muda aja.” Mondy menangkupkan kedua tangan di dada dan beranjak turun dari tempat tidur.

“Oh iya.... kok udah pada rapi Ayah sama Mamah emang mau kemana?” tanyanya berdiri yang diikuti Anis dan Wira yang ikut berdiri.

“Mau ke Bandung.” jawab Anis singkat.

Mondy menghentikan aksinya menarik handuk. Matanya membulat.

“Ke Bandung? Seriously?”
Keduanya mengangguk.

“Kapan? Mondy ikut? Aku ajak Raya ya? aa---ku kabari Raya dulu ya?” Mondy gelagapan mencari-cari ponselnya. Ia nampak begitu senang sekaligus bingung tak mendapat reaksi apa pun dari orang tuanya.

“Kok malah senyum-senyum sih?” Mondy menatap orang tuanya.

“Udah.... kamu mandi dulu. Biar segar. Abis itu makan.  Mama tunggu di depan ya?” Anis  beranjak ke pintu di ikuti Wira.

Di ambang pintu ia berhenti sejenak. “Ingat, jangan lupa makan. Kamu sama sekali belum makan kan?” Ucap Anis lalu keluar dan menutup pintu kamar Mondy.

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang