71. RINDU & CEMBURU

1.3K 138 26
                                    




Okey next nya dulu deh .... Agak pendek gpp ya? 😉😉😉


Hari resepsi pernikahan mama Anis dan Ayah Wira kian dekat.

Mondy sibuk membantu persiapan acara. Untuk ukuran pernikahan 2 orang dewasa, janda dan duda, resepsi ini tergolong mewah. Mereka menggunakan jasa EO terkenal di Jakarta. Meski begitu Mondy tetap saja sibuk.  Raya pun harusnya terlibat.

Rencana awal Wira untuk lebih mendekatkan Raya dan Mondy dalam persiapan resepsi pernikahannya tampaknya harus di kaji ulang mengingat kesepakatan Mondy dan Abah.

Abah percaya sepenuhnya pada Wira dan Wira tak ingin merusak kepercayaan Abah.

Abah dan Dani datang ke Jakarta sehari sebelum acara resepsi. Mereka menginap di rumah Wira sekalian bantu-bantu. Mama Diana tidak bisa ikut karena menemani Okta, menantunya yang sedang hamil tua.

“Eta si Raya belum kesini, Wir? Bukanya tinggal di sini?” tanya Abah. “Iya Mas. Itu kamarnya. Tapi Raya nya belum mau pindah kesini. Masih pilih ngekos.” jelas Wira sambil menunjuk kamar dilantai 2 yang ada balkonya.

Abah mengangguk mengagumi desain rumah Wira. ada 2 kamar di lantai 1, yang salah satunya digunakan Abah dan Dani.
Sementara di lantai 2 ada 3 kamar besar yang ada balkonya.
3 kamar untuk Raya, Wira dan . . .

Alhamdulillah kalo Raya tidak mau tinggal di sini. . . “ Abah mengurut dada.

“Kok malah alhamdulillah Bah?” tanya Mondy yang sedari tadi sibuk ngobrol dengan Dani. “Bukannya malah mending tinggal disini dari pada di kosan?”
Belum sempat Abah menjelaskan Dani menyela setelah ponselnya berderik.

“Bah, Raya nunggu kita di kosan. Gimana ni?” tanya Dani. Ia menyesal tak  menjemput Raya lebih dulu dan langsung ke rumah Wira.

“Ya sudah, kalian jemput saja. Mau naik apa dia kesini hujan-hujan begini? Kamu tega biarin adik kamu naik motor kehujanan, Hah! Sana buruan!” suruh abah santai.

Mondy dan Dani saling pandang.
“Maksudnya?” ucap keduanya kompak.
“Ya jemput!” gertak Abah sambil mengernyit.
“Mondy, kamu jemput Raya.” suruh Abah lagi tanpa menatap Mondy.

“Hah! Seriusan nih Bah?” Mondy terbelalak.
“Gak mau?” tanya Abah geram.
“Ya, ya mau lah Bah.” Jawab Mondy cepat.  Mau banget malahan, lanjutnya dalam hati.

“Tapi ingat, hanya kali ini saja dan harus jaga jarak. Selanjutnya tetap .... Kamu gak boleh dekat-dekat anak saya, sebelum...” tegas Abah tak melanjutkan berharap Mondy paham.

“Iya...Iya. Sebelum Mondy pantas untuk eneng,” lirih Mondy.

Mondy menghormat tanda siap dan segera pergi. Wajahnya tampak sumringah, senyum-senyum sendiri.

Tanpa membuang-buang waktu Mondy segera meluncur dengan Yaris merah yang baru ia beli beberapa bulan lalu.

Raya sudah siap dengan kaos dan jeans kesayanganya lengkap dengan sandal jepit favoritnya. Sebuah travel bag siap pula di sebelahnya.

Raya sudah tak sabar sedari tadi begitu mendapat kabar dari Dani bahwa Mondy yang akan menjemputnya.
Ia bahkan memoles wajahnya dengan sedikit bedak dan lipstik. 😱😱😱

“Berangkat sekarang?” tawar Mondy begitu sampai mendapati Raya sudah siap di teras.

Raya tersenyum dan mengangguk. Ia berjalan mengikuti Mondy yang membawakan tasnya.
“Nunggu bentar ya Ray?” ucapnya membukakan pintu depan untuk Raya.

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang