73. RESTU

2K 162 31
                                    


Raya mendesah, menggulung asal rambutnya ke atas, menikmati terpaan angin dileher jenjangnya, menarik nafas dalam-dalam. Ada perasaan lega terbawa angin yang menyusup ke balkon kamarnya.

Sosok lengan kekar mendadak memeluknya dari belakang. Raya kaget tak bisa berontak dan hanya bisa mengatur nafasnya yang mendadak memburu. Dadanya bergemuruh ia bahkan tak mampu mengatasi raganya yang mendadak menegang.

"Mondy...." lirihnya.

Ia hapal betul dengan lengan berjas biru itu.

Raya memejamkan mata sesaat meresapi kenyamanan yang sulit ia jabarkan.

"Maaf.... Kamu marah ya?" bisik Mondy tepat ditelinga Raya yang mebuat Raya merem melek dan bergidik oleh hembusan nafas Mondy.

Wajah Mondy tepat berada dilekukan leher kirinya, menyandarkan dagu dengan nyamannya di sana.

"Maaf ... Jangan ngambek dong. Aku gak kuat kalo kamu diemin. Ahm...." lirihnya mendesah.

Raya hanya mengesah mengatasi jiwa raga yang menikmati sekalugus berontak. Keduanya terdiam terbawa suasana.

"Happy 9th Monthversary Sayang...." bisik Mondy tiba-tiba tepat ditelinganya yang kembali membuat Raya bergidik dan seluruh syarafnya menegang.

Raya tersenyum senang wajahnya seketika merona. Ia bahkan tidak ingat hari ini tanggal jadian mereka.

"Happy Monthversarry too ke-ka-sih," balas Raya tanpa menoleh. Ia tak berani menoleh karana wajah mereka akan saling bersentuhan. Dan bukan tak mungkin Mondy akan mengambil kesempatan menciumnya. Atau bahkan lebih parah lagi, mereka akan berciuman dan bertindak lebih jauh kalo kesrempet setan,

Astagfirullah! Raya mencoba menguatkan kesadarannya, dan mengatur nafasnya agar rileks.

"Hey.... aku kangen banget....." bisik Mondy mengeratkan pelukan di perut Raya. Raya tak tahu harus bereaksi apa. Ia mencoba menolak, tapi sebagian dari dirinya berontak, dan tanpa ada komando Raya membalas dengan menumpukkan kedua tangannya mengusap lembut punggung tangan Mondy diperutnya.

Ya Tuhan. Apa yang aku lakukan. Rasanya begitu menenangkan.... batin Raya yang tak menolak pelukan Mondy dan malah sebaliknya.

"Terimakasih Sayang." lirih Mondy.

Keduanya tersadar, Raya segera menarik tangannya dan mencoba menjauhkan lengan Mondy.

"Maaf ...... Ijinkan.... Sebentar saja, plissssss......" seru Mondy dalam hati.

"Astaghfirullah...." ucap Mondy dan segeta mekepas pelukan. Keduanya  saling memberi jarak.

Raya tertunduk membalikkan badan, pertahanannya pasti akan runtuh bila menatap mata elang Mondy.

"Ray..." panggil Mondy lembut.

"Iya Mon." jawab Raya masih menunduk.

"Boleh minta sesuatu?" tanya Mondy merajuk.

DEG!

Aduh Mondy mau ngapain sih? Bikin deg-degan aja.

"Jangan yang aneh-aneh. Awas aja... mata Abah ada di mana-mana lo." Bisik Raya menatap sekilas lalu mengalihkan pandangan.

"Yaelah Ray! Di ingetin Lagi....Iya-iya!" gerutu Mondy.

"Mmm.... kamu bisa gak merem sebentar?" pinta Mondy.

Raya terbelalak langsung mendongak menatap curiga pada Mondy.
"Mon.... kamu jangan macem-macam ya?" ancam Raya.

"Bentaran aja.... Udah gak usah omesh!" sergah Mondy.

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang