49. Ada Apa dengan Mondy

1.4K 134 14
                                    


Raya tidak bisa berkonsentrasi mengikuti perkuliahan. Berkali-kali ia mengecek ponselnya, melihat apakah pesannya untuk Mondy sudah terkirim dan sudah terbaca?

“Hm.... baru centang 2,” lirihnya yang terdengar oleh Reva yang duduk di sebelahnya.

“Centang apaan?” tanya Reva.

“Oh.. Eh Enggak. Ini kirim pesan gak dibaca-baca, bete kan?” Raya sedikit tergagap.
“Pesan ke siapa?”
“Oh... orang di Pro FM. Biasa urusan kerjaan...” Raya berkelit.

Reva hanya membulatkan bibirnya ber -O ria.

Agak panik Raya langsung menyembunyikan ponselnya. Apa jadinya kalo Reva tahu pesan yang dimaksud untuk Mondy, dan bagaimana ekspresi Reva kalo sampai ia membaca pesannya.

“Ray, pinjam hape lo dong! Buat poto gambar tugas diagram alurnya, gue males potocopy.” Reva mengulurkan tangannya.

Raya garuk-garuk kepala, memutar otak mencari alasan.
“he...he.... Hape gue mati. Low bath. .....”

“Yea... sama aja!” Tanpa curiga Reva bangkit bergabung dengan yang lain yang sudah mengcapture gambar tugas dan memintanya untuk mengirim ke akunnya.

Raya pun mengelus dada, lega.

Disaat yang lain sibuk mengerjakan tugas, Raya malah keluar kelas.

Ia melewati ruang kelas yang biasa di pakai Mondy dan teman-temannya kuliah. Ia memperhatikan hanya ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi, tapi Raya tak melihat Mondy di sana.

Ia bahkan memberanikan diri melongok ke dalam. Dan hanya melihat Melly, Raya pun melempar senyum ke arahnya.

Melly yang dulunya ngefans berat sama Mondy dan ngebet pengen jadi pacar Mondy, sekarang sudah bisa menerima kenyataan dan sudah berpacaran dengan Iyan, teman seangkatannya juga. Sikap Melly ke Raya pun sudah jauh lebih ramah, mengingat Raya adalah patner kerja Mondy.

“Lo nyari Mondy Ray?” tanya Melly.
Raya mengangguk kecil.
“Doi gak masuk... dah seminggu gak masuk. Sakit katanya...” jelas Melly.

Raya tersenyum, lalu melambaikan tangan ke arah Melly dan Iyan.

*****

Raya tidak tahu kalo Mondy sakit, ucapan Melly yang kurang meyakinkan di kampus tadi ia anggap hal lumrah mengingat Mondy jarang ke kampus akhir-akhir ini karena kesibukan shootingnya.

Bisa saja Mondy berdalih sakit manakala shooting di luar kota.

Raya semakin gelisah, melihat tanda centang 2  warna biru tapi tak mendapat balasan dari Mondy. Apa sedemikian sibuknya Mondy? Atau sedemikian marahnya dia?
Mon kamu kenapa sih?

Ada apa dengan Mondy?

*****

Mondy memang tak membalas pesan Raya, tapi ia segera siap-siap berangkat ke studio.

Kepalanya masih pusing dan terasa nyeri, ia juga merasa mual. Beberapa kali ia muntah, tapi demamnya sudah mulai turun. Bik Siti pembantunya sudah melarang Mondy untuk pergi manakala membersihkan muntahan dilantai kamar  karena Mondy terlambat ke kamar Mandi.

“Maaf ya bik....” ucap Mondy lemah.

“Loh! Loh den Mondy mau kemana?” panik bik Siti Alay, melihat Mondy yang bangkit dari tempat tidur.

“Pan dokter bilang harus bed rest. Artinya harus di bed alias di kasur! Biar bibik bersihin ini dulu! Nanti Bibik buatkan sup dan bubur buat Aden!” celoteh bik Siti.

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang