33. INVESTIGASI

1.4K 132 6
                                    

Mondy sengaja menjemput Raya lebih awal. Entah mengapa ia sudah tak sabar ingin segera bertemu Raya. Padahal kemarin seharian mereka sudah bersama hingga jam 12 malam. Jarak kos Raya ke Pro FM tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu kurang dari 30 menit dengan perjalanan santai.

"Kok jam segini lo udah ke sini sih? Kan Gue udah nglarang lo jemput." protes Raya saat membukakan pintu.

Raya masih nyantai dengan setelan kaos putih dan celana pendek. kaki rampingnya yang jenjang terlihat putih mulus. Rambutnya ia jepit acak. Menambah kesan alami, wajah cantiknya tanpa polesan make up kian terpancar. Mondy tak berkedip setelah menatap dari ujung rambut hingga kaki kembali ke wajah cantik Raya.

Ia tak memperdulikan ekspresi Raya yang sedikit kesal karena Mondy tetap menjemput dan menjemput terlalu awal.

"Kok lo malah bengong Mon?" Raya makin kesal dan risih akan pandangan Mondy.

"Ada yang aneh?" Raya balik memperhatikan dirinya sendiri dari ujung kaki ke atas.
"MON!" bentak Raya lagi dan kali ini sukses membuat Mondy tersadar.

Mondy mengerjapkan matanya. Habis Lo mempesona sih Ray, Batinnya. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"MONDY!" Bentak Raya lagi untuk kesekian kali.

"Iya... Gue yang salah. Sori jangan marah Ray. Ya meski lo makin seksi kalo marah tapi hue tetep lebih suka lo senyum manis. Pesona lo jadi terpampang nyata," canda Mondy mulai ngegombal.

Raya diam masih memanyunkan bibirnya dengan isyarat tangan menunjuk bangku di teras mengajak Mondy duduk .

"Takut macet Ray!" ngeless setelah duduk.
"Cuma ke situ doang, macet? Lagian gue kan belum apa-apa Mon."

"Kan gak berangkat sekarang? Lo bisa apa-apa dulu. Kecuali lo pengen berangkat sekarang. Ya ayuk, lo siap-siap, gue tungguin." Mondy semangat.

"Ogah!" Raya bangkit dari duduknya dan melangkah masuk ke dalam.

"Eh.. Ray Ray... kok malah ditinggalin," teriak Mondy panik.

"Katanya nyuruh gue apa-apa dulu." Raya menaikkan alis memegang handel pintu, "Gue panggilin Reva deh biar temenin elo!"

Mondy pasrah, niat hati ingin lebih berlama-lama ngobrol dengan Raya, tapi....

Reva keluar menemani Mondy dan mereka ngobrol di teras.

Seperti biasa topik mereka tak jauh dari Alicia, karena Reva bingung mencari bahan obrolan. Dan jujur, Reva senang bisa ngobrol dengan Mondy yang care. Boy yang notabene pacarnya selalu sibuk dan jarang ada waktu untuknya. Sekalinya ketemu juga dia lebih banyak diam. Beda dengan Mondy yang menurut Reva lebih menyenangkan dan pandai menempatkan diri.

"Eh, Rev. Pacarnya Raya ngamuk gak kalo tau gue jemput dia, ya? Orangnya gimana, cemburuan gak sih?"

Mondy memberanikan diri mencoba mengganti topik perbincangan. Siapa tahu ia dapat kabar gembira yang menguntungkanya. Sekalian investigasi nih ceritanya.

"PACAR?" Reva menaikkan alis.
"Pacarnya Raya?"Reva meyakinkan.

Mondy mengangguk cepat.

"Wah, gak tau juga tu Mon...." Reva ragu melanjuntukan ucapanya.

"Dia sering ngapel ke sini?"

"Ng. . .Nggak juga. Gue cuma beberapa kali ketemu. Kesini paling cuma nganter Raya doang. Dah lama juga gak liat mereka bareng. Terakhir......" Reva mengingat kejadian di WARUNG PECEL LELE MBAK LELI beberapa waktu lalu, saat mereka ketemu Aris dengan cewek, dan saat Alicia menghina Raya.

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang