41. I LOVE U

1.7K 147 18
                                    


*Di kamar Raya*

"Abah jahat banget sih? Dani juga egois amat? Kasian kan Mondy tidur di luar, pasti banyak nyamuk. Belum lagi di sofa sesempit itu, mana muat, Mondy kan tinggi. Masak tidur sambil duduk. Ah, Abah meni tega!

"Dani... Hm.. Awas aja lo!" gerutu Raya.
Raya berganti-ganti posisi tapi tetap tak bisa tidur.

*Di kamar Abah*

Waduh... si Raya tidur sendirian di kamar, gak ada yang jagain, Kalo Mondy ngapa-ngapain gimana nih?

Abah melirik mamah yang tidur pulas.
Si eneng teh lupa kagak konci pintu kamarnya? Aduh, gaswat!

Abah galau, tak bisa tidur.

Apa Dani aja yang disuruh tidur di luar jagain Mondy. Ah, ide bagus. Jadi kaum hawa biar tidur dengan nyaman dikamar masing-masing.

Abah mengambil ponsel dari nakas, lalu mendial nomor Dani.

"No yang anda hubungi . . . ."

Abah mematikan ponselnya, menggerutu, "Ini mah Abah harus turun kaki sendiri."

*****

Raya bangkit dari tempat tidurnya dan garuk-garuk kepala.

"Hah, kenapa jadi ribet gini sih!" Raya menarik selimut dan mengambil 1 bantalnya. Pelan-pelan ia membuka pintu kamar.
Mondy yang tidak bisa tidur mendengar derik pintu segera pura-pura tidur sedikit meringkuk, karena memang terasa cukup dingin dan sempit.

Raya berjalan ke arahnya, melirik ke sofa, kosong. Tapi dibawah Sofa diatas tikar Mondy nampak tidur meringkuk.

Kasian Mondy.
Raya jongkok, mengamati wajah Mondy, menghapal setiap lekuk wajah tampannya yang tampak kelelahan. Dibawah temaram lampu Raya melihat mata Mondy benar-benar terpejam.

Raya mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Mondy mengecek kesadaranya.

Mondy bak aktor profesional, tak terpengaruh sedikitpun. Nafasnya ditahan pelan layaknya orang tidur pulas.

Hm. .. Bisa juga dia tidur dalam kondisi begini.
Raya mengangkat kepala Mondy, pelan dan hati-hati lalu mengganjalnya dengan bantal.

Mondy menahan reaksi tubuhnya yang menegang saat Raya menyentuh puncak kepalanya dan mengusapnya dengan lembut, dan tetap pura-pura tidur.

Raya membentangkan selimutnya, menyelimuti tubuh Mondy hingga dada.
Mondy benar-benar menegang menahan rasa senang. Ide jahil pun muncul di benaknya. Kenapa gak sekalian ngerjain Raya aja?

Mondy merasakan Raya sudah berdiri, balik badan dan siap melangkah.

"Ray, Raya!" suara desahan itu keluar dari bibir Mondy.

Raya kaget, sontak menghentikan langkah dan balik badan. Mampus gue, Mondy bangun! Gengsi juga kalo ketahuan.
Segera ia menoleh ke sumber suara.

"Alhamdulillah. . . Dia hanya ngigo." gumam Raya mendekat.
Mondy dapat merasakan Raya bearanjak duduk disampingnya kembali.

Ia terus memanggil-manggil  nama Raya.
"Ray, Raya. . . I love you."

Raya tersenyum, meski hanya igauan Mondy, nyatanya cukup membuatnya senang dan melayang.

Hm. Mata itu masih terpejam, dan bibir itu kembali bergerak.
"I love you, Raya."

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang