EPILOG

1.7K 175 26
                                    

Raya dan Mondy melepas kepulangan Abah dan Dani ke Bandung.
Mereka berjalan beriringan dengan senyum mengembang.

"Makasih Abah. Eneng sayang Abah..." ulang Raya lagi setelah mencium tangan Abah dan memeluknya manja.

"Jaga diri baik-baik ya. Jaga iman. Jangan lupa sholat agar dijauhkan dari godaan setan. Ingat eneng Allah maha Tahu dan Maha Melihat!" pesen Abah.
Abah mengecup kening Raya.

Raya mengangguk.
"Abah ati-ati ya?"
"Aa jangan ngebut!" teriaknya pada Dani.

"Siap bos!" balas Dani.

Mondy mencium tangan Abah dan mendapat pelukan singkat dari Abah.

"Makasih ya Bah."  ucap Mondy santun.

"Ingat Mon. Jaga eneng. Jaga iman kalian. Jaga jarak, jaga hati dan jaga pikiran. Jangan sampai offside kesrempet setan. Ingat mata Abah ada di mana-mana. Segera pantaskan diri untuk jadi suami eneng.
Jangan lupa habis ini segera antarkan eneng pulang ke kosan." pesan dan perintah Abah.

"Siap Bah!" jawab Mondy.

Abah memeluk Mondy dan berbisik, "Ulah kelamaan memantaskan diri. Awas setan suka dengan orang yang menunda niat baik."
Abah melepas pelukan dan menoyor kepala Mondy.

"Beres Bah!" Jawab Mondy memijit bekas tonyoran Abah.

Raya menatap curiga pada mereka berdua.

"Bisikin apa sih?" Tanyanya kepo.

"Abah doakan kalian berjodoh dan segera menikah." tambah Abah.

"Aamin." jawab Mondy cepat  sementara Raya melotot manyun pada Mondy dan Abah bergantian.

Kalian mikirnya nikah mulu. batin Raya kesal.

** * * **

Pacaran dengan restu dan pengawasan orang tua ternyata lebih nyaman dan menyenangkan. Tapi juga menuntut tanggung jawab besar.

Mereka bukan pacaran untuk bersenang-senang, tapi memantaskan diri untuk jadi calon suami dan istri secepatnya.

Setidaknya status mereka kian jelas dan tujuan mereka jelas, Bukan semata-mata untuk senang-senang, status atau menuruti nafsu belaka.  Bukan pula sekedar mengikuti tren -malu kalo jomblo-.

Tak ada lagi yang malu mengakui hubungan mereka.

Mondy kini bisa bebas bertemu Raya sekaligus menjaga Raya tak perduli apa kata sosmed 😂😂😂.

Ke kampus dan siaran berdua. Antar jemput Raya, ngapel dan hangout berdua menjadi rutinitas.

Sering kali terjadi pertengkaran dan perselisihan paham diantara keduanya. Tapi itu semua menjadi vitamin bagi kesiapan mereka menapaki jenjang selanjutnya.

Jika mereka mampu melewatinya artinya mereka lulus dan kian dekat dengan jodoh.

Masalah justru menjadikan mereka lebih dewasa dalam mensikapi segala sesuatu, bahwa untuk bisa selaras tak ada kata menang atau kalah. 

Godaan nafsu pun sering kali datang.

Sebagai pria normal tentu saja Mondy  ingin merasakan  memeluk Raya saat ngambek.
Belum lagi pipi dan bibir menggemaskan Raya.
Ia juga ingin disayang dan dimanja gadisnya.

Hm..... Sumpah Mondy selalu rindu bila tak melihat Raya.

Dan Raya pun sebenarnya sama, kadang ia  ingin merasakan kehangatan dan kenyamanan di dada Mondy.

Tapi itu semua membuat mereka harua mempertebal iman dan berupaya segera memantaskan diri.

Ya, harus mempercepat memantaskan diri.
Selebihnya tangan Tuhan yang akan bicara.

****

"Maaf khilaf Bah." gumam Mondy yg sengaja merangkulkan tangannya, saat mereka nonton dibioskop. Meski begitu Mondy tak juga melepas rangkulannya.

Raya senyum-senyum gaje dan menyandarkan kepala dengan nyamannya di bahu Mondy.

"Maaf ya Allah. 😍😍😍😍Sebentar aja pliss...." lirih keduanya bersamaan dan sama-sama senyum gaje.

"MAKANYA NIKAH!" Sebuah suara yang menggaung ditelinga menyadarkan keduanya.

END

Maaf dengan terpaksa aku akhiri sampai disini. Kelanjutan kisah mereka di sequel berikutnya. JANGAN SALAHKAN CINTA

Terimakasih yg udah setia baca, vote n comment dan follow juga, semoga  senantiasa di berkahi Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin.... 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Tunggu ya?
Kritik dan saran nya pliss ....😉😉😉

I love U all 😘😘😘😘

23 juli 2017
Happy 21 bulan RaMon

(Gak sabar liat kalian couple lagi)

@rasyarini

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang