37. KESEMPATAN

1.4K 143 14
                                    


Pulang dari Bandung, Billy langsung ke kantor, tepat saat Mondy selesai siaran. Dan ia langsung memanggil Mondy untuk menemuinya di ruangan.

"Kok sudah balik ke kantor Bang? Acara di Makasar udah beres?" basa-basi Mondy seolah tak tahu, padahal ia tahu Billy lah yang mengantar Raya pulang ke Bandung.

"Iya udah. Gue udah dari Bandung abis nganter Raya langsung ke sini." Jawab Billy.

Mondy hanya ber-O ria.

"To the point aja ya Mon? Kok bisa lo ada di lokasi saat Raya dijambret? Lo sama sekali tak mengenali orang, kendaraan atau apapun tentang si penjambret itu?"

Mondy menghela nafas ia menangkap kecurigaan yang dirasakan Billy.

"Iya, kan sudah Mondy bilang Bang. Raya gak mau Mondy antar pulang, dia pulang duluan. Mondy shalat Isya dulu. Wajar kan kalo Mondy dibelakangnya?" Mondy menegaskan.

"Lalu kenapa kamu bisa ikut nyasar juga dihutan?" tanya Billy.

Deg!

Mondy diam, merasakan sesak di dadanya. Ia mulai merasa Billy mencurigainya atas apa yang menimpa Raya berturut-turut.

"Mondy sudah pernah cerita waktu di camp kan Bang? Hanya pengen jalan-jalan. Mungkin saking asiknya kejauhan, lupa jalan pulang. Kelihatannya ada yang sengaja merubah petunjuk arah."

"Kamu bukan orang bodoh yang menyasarkan diri sendiri tanpa ada maksud dan tujuan kan?"   selidik Billy dengan  tatapan tajamnya.

Mondy terlucut emosi. "Terserah Bang Billy deh mau menduga-duga bagaimana. Percuma juga gue jelasin." Mondy membalikkan badan, melangkah ke luar ruangan tanpa permisi.

Seperti teringat sesuatu, ia membalikkan badan.

"O iya Bang. Ada yang belum Mondy ceritain. Hasil pemeriksaan Raya kemarin ditemukan kandungan obat tidur dosis tinggi. Dan gue yakin itu bukan Raya. Ada seseorang yang mungkin sengaja mengerjai Raya. Apa Bang Billy juga akan curiga ke Mondy?" Billy menghela nafas sedikit meneduhkan pandangannya.

"Coba Abang sedikit mengesampingkan kecemburuan Abang pada Mondy. Kita sama-sama laki-laki dewasa, dan normal kalo kita sama-sama suka Raya. Dia unik, baik dan spesial. Tapi Mondy sadar diri dan tahu diri Bang. Mencintai itu tulus tanpa ketakutan, prasangka, dan paksa. Cause everythings gonna be back to destiny."

Tanpa memperhatikan ekspresi Billy, Mondy segera berlalu dari hadapan Billy.

****

Mondy tak bisa memejamkan mata. Seluruh persendiannya terasa ngilu, kepalanya berat, kantuk menggelayut, tapi tak juga ia mampu terpejam dan tidur.

"Raya..." desahan itu keluar beberapa kali  tanpa ia sadari.

Ia benar-benar merindukan gadis itu. Ia bahkan meluangkan waktu istirahatnya untuk memikirkan gadis unik, baik dan spesial itu.

Sedang apa Raya di Bandung?
Pastilah ia disibukkan dengan mengurus surat-surat yang hilang. Setidaknya di sana dia ada orang tua dan saudara-saudaranya yang menjaganya.

Drt... drt...

Ponselnya berderik
Sebuah pesan masuk dari Alicia.

Mondy hampir membanting ponselnya yang sudah mengusik lamunannya pada tuan puteri Raya.

ALICIA
-- Sudah pulang Yank? Bisa gak besok ke rumah aku ada surprise buat kamu? -

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang