48. LAMARAN

1.2K 120 17
                                    

Ditempat lain, tampak lelaki paruh baya dan istrinya menatap tegang pada beberapa tamunya. Mereka tampaknya masih kaget dengan kunjungan keluarga yang menurutnya mendadak tanpa pemberitahuan sebelumnya.

“Jadi kedatangan kami sekeluarga di sini, selain bersilaturahmi, kami hendak mewujudkan keinginan putra kami, untuk mengkhitbah atau istilah kita mah ... lamaran yaa Pak, buk.... untuk putri Bapak dan Ibu, yang bernama Raya.”

Lelaki paruh baya dan istrinya yang tak lain adalah Abah dan Mamahnya Raya masih kaget, bingung dan hanya saling pandang.

Abah memandang lelaki yang hendak melamar Raya tampak tersenyum sopan dan penuh percaya diri.

Ini teh kenapa si Raya gak kabar-kabari Abah dulu sebelum dilamar? Dan kenapa dia juga gak pulang? Eta si Dani kamana wae juga gak noong-noong. Beli makanan nya ke Bogor dulu apa. haduh...., gerutu Abah dalam hati.

“Ehm... Maaf sebelumnya, terus terang saya tidak tahu urusan anak muda jaman sekarang. Putri saya belum cerita apa-apa, dan maaf kalo saya dan keluarga sedikit terkejut mendapat kunjungan dari Bapak-bapak, Ibu-Ibu dan saudara semua. Jadinya..... saya dan keluarga agak kurang sopan dan tidak layak menyambut tamu nih.”

Abah dan mamah tersenyum pada tamunya, ada 3 orang lelaki dan 2 orang ibu-ibu serta lelaki yang bermaksud melamar Raya.

Abah dan Mamah permisi sebentar ke belakang.
Abah segera mengambil ponselnya di dekat tivi, dan pergi ke dapur agak tak terlihat oleh para tamu. Abah segera mendial nomor Raya.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.”

“Oe... saya telpon eneng bukan situ!” bentak Abah rada keras pada ponselnya yang langsung mendapat cubitan istrinya.

“Bah, ntar kedengeran sama tamunya.”

Abah mengulangnya sekali lagi dan masih sama.

“Ini mah si Raya ngerjain Abah namanya.” omelnya.

“Abah telpon Dani aja suruh dia buru-buru pulang,” usul mamah.

Abah Mengangguk.

“Eta kamu pergi ke Bogor dulu? Lama pisan! Buruan balik, Ada orang ngelamar Raya!” bentak dan jelas Abah.

“Ngelamar????” suara di seberang tampak kaget.

“Udah gak ada waktu lagi. Kegetnya disambung kalo sudah nyampe rumah.... Kamu buruan pulang sekarang. Suruh si Okta beli makanan untuk tamu, 6 orang. Buruan! Hitungan ke tiga kalian harus sampai!”

Klek.

Abah mematikan ponselnya dan kembali menemui tamunya dengan didampingi mamah dan tetap mencoba tersenyum ramah.

“Sok, atuh Bapak-Ibu... mangga, dicicipi, diminum,” ucap mamah ramah.

Abah mempersilakan dengan ekspresi tangannya, wajahnya masih tampak tegang.

“Ini maaf ya.... Saya agak kesulitan menghubungi anak saya.....”

“Mm... Raya lagi ada balapan di Bandung om... eh Bah. Saya tadi sudah kirim pesan, semoga balapannya lancar dan ia segera nyusul ke sini,” jelas pemuda yang melamar Raya.

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang