07. GAGAL

1.5K 143 9
                                    

Lunglai Raya kembali ke kelas yang telah sepi dan hanya ada Reva yang membereskan tasnya.

"Udah bubaran?" tanyanya polos.

"Lo kemana aja sih?" Reva balas tanya.

"Lo bolos matkul Ekonomi Dasar tau!" bentak Reva.

"Untung Bu Netty cuma ngisi sebentar, lupa ngabsen pula. Nih dikasih tugas!" kesal Reva.

"Alhamdulillah... ." Raya mengelus dada.

Reva geleng-geleng kepala. "Lo belum tau aja Ray, tugasnya bejibun. Ni semua gara-gara lo dan sebagaian besar yang lain,  ngakunya ngantin tapi gak pada balik. Marah deh Bu Netty."
Raya hanya mengangkat bahu cuek dan berjalan mengikuti Reva keluar kelas setelah memasukkan beberapa buku ke dalam tas.

***** 

Raya masih belum menyerah dan berharap  bisa menemui Mondy dan melakukan re-kon-si-li-asi. Tekadnya sudah bulat.

"Eh.... Ngapain lo keparkiran motor, lo kan gak bawa motor?" teriak Reva yang melihat Raya ngeloyor ke parkiran motor.

Raya seolah menulikan pendengaran dan terus saja berjalan.
"Ray... Ray... lo mau ngapain?" tereaknya lagi.
Tak ada respon dari Raya. 

Ni anak amnesia apa gimana sih Meski kesal Reva mengekor juga.

Alhamdulillah...  Motor Mondy masih ada berarti dia belum pulang. Apa gua tungguin aja ya? Biar gak kagok juga kalo besok ketemu di studio?

Tapi kalo udah ketemu gue musti ngomong apa nih? Say hai, terus minta maaf? Nggak kebalik tuh! Harusnya dia dong yang minta maaf? Tapi kalo dia ketus dan sok gimana ya? Ah.... Bodo amat. Liat respon dia dulu aja deh! Bismillah.... Gue niatnya baik ya All

Reva mengernyit bingung mengikuti langkah Raya yang mendadak berhenti.
Ia melihat Raya asik memainkan ponsel, entah berkerim pesan atau menerima pesan.
Menyadari Reva didekatnya, Raya garuk-garuk kepala  sambil cengar-cengir. Pasalnya sedari tadi sebenarnya ia mendengar teriakan Reva dan tak menyangka Reva mengikutinya.

"Hehe... Sorry Rev,  gue masih ada urusan...." ucapnya malu-malu. "Lo pulang duluan aja?"

 "Lama nggak? Kalo nggak lama gue tungguin deh. Emang ada urusan apa sih?" kepo Reva.

Raya janjian sama siapa sih kok  nunggu di parkiran? Reva mulai curiga.

"Ng...ng.... gue... gue....." Raya ragu untuk jujur. 

"Gue dijemput Aris mau pergi bareng. Kirain dia dah datang dan parkir di sini, eh..... nggak taunya malah baru mau akan o te we.... hehe....."

Reva mengangguk paham dan segera meninggalkannya setelah say bye.

*****

Raya duduk dideretan kursi didekat pos satpam yang juga pos penjaga parkir. Dari sana ia bisa melihat siapa aja yang keluar. Tempatnya lumayan teduh dan nyaman. Penjaganya pun baik hati meski sudah sepuh. Pak Har namanya, ia satpam yang ditugaskan jaga parkiran. Pak Har mempersilakan Raya duduk dan  menawarkan camilan yang ada dimejanya. 

"Nunggu siapa non?" tanya Pak Har.

Raya tersenyum tak menjawab.

"Agak kesini Non. Disitu masih kena panas matahari." Ucap Pak Har lagi.
Raya menurut dan bergeser agak ke dalam.

Lalu lalang motor keluar, satu persatu tak tampak Mondy. Raya fokus pada motor hitam Mondy yang masih terparkir manis tak jauh dari tempatnya mengintai. Motor yang beberapa bulan lalu menabraknya.

Ponsel Raya bergetar dan sebuah pesan WA masuk

Aris
_Jadi kan nonton balap? Aku jemput ya? Ni udah di warung kopi. semenit lagi sampe_

Raya menghela nafas panjang. Demi rekonsiliasi ia sampai melupakan janjinya pada Aris. Ia harus segera meninggalkan tempat itu. 

"Pak Har, makasih ya? Saya duluan....." Pamit Raya.

"Loh, yang ditunggu apa sudah ada Non?" tanya Pak Har.

"Oh... udah didepan Pak. Mari pak..... Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam."

Aris mengajaknya melihat balap anak didiknya. Kebetulan sedang ada teaching team yang diadakan salah satu pabrikan motor terkenal di tanah air. Sifat mandiri dan pekerja keras ini salah satu yang menjadikan Raya menerima cinta Aris dan mau jadi pacarnya. Aris juga selalu tahu bagaimana menyenangkan hati Raya. Ditambah lagi hobi dan bidang pekerjaan mereka yang sama jadi selalu nyambung kalo ngobrol. Meski kini Aris sudah jarang balap lagi dan lebih fokus pada team balap bentukanya untuk mencetak pembalap-pembalap muda.

Sekilas Raya masih menoleh area parkir dan motor Mondy. Sembari berjalan ke arah gerbang ia mulai menimbang-nimbang. 

Kalo gue nungguin Mondy belum jelas juga kapan dia keluar dan belum tentu juga ia mau diajak rekonsiliasi, dan gue melewatkan event besar dengan gak bisa nonton balap. Hm... Mending gue pilih yang pasti-pasti aja deh

Mantap Raya melangkah ke depan tanpa menoleh lagi ke belakang. Ia menunggu di bawah pohon trembesi seperti biasanya. 
Raya melirik jam tangan dan merogoh ponsel di sakunya ingin memastikan Aris telah sampai di mana.

Sebuah kawasaki hitam yang dikenalnya melintas tepat di hadapannya.

"Mondy," lirih Raya tertahan. Terlihat jelas dari cara mengemudi, ia buru-buru dan bahkan tak melihat Raya.

Kembali muncul semburat sesal muncul di relung hatinya. Harusnya gue bisa lebih bersabar, sedikit saja. Toh Aris juga belum sampai. Ughh....

Klakson motor berbunyi dan Ia hapal betul suara klakson itu.   

"Yuk!" Aris hanya membuka kaca helm tanpa turun.
Raya memaksakan diri tersenyum pada Aris dan segera mengenakan helm, membonceng.

Menikmati balap membuat Raya perlahan melupakan kelelahan dan kegagalannya berekonsiliasi dengan Mondy. Tentu saja karena ia begitu menyukai dunia yang satu ini. 



Notes: Gak papa part ini pendek ya? Semoga ada jalan bagi Raya bertemu Mondy. Semoga juga Mondy punya itikad menemui Raya. Masak cewek yang mulai duluan. Ya nggak?

Hayo... follow, vote and comment ya?

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang