39. BANDUNG LOVE STORY

1.6K 165 21
                                    


Pagi yang cerah secerah suasana hati Mondy menikmati segarnya udara pinggir kota Bandung.

Rasa lelah dan ngantuk setelah 2,5 jam menyetir tak dirasakannya.
Ia juga sudah menemukan rumah Raya subuh tadi, tapi karena masih terlalu gelap Mondy menundanya dan memilih berkeliling.

Rumah kecil yang sederhana namun Asri, pekarangannya memang tak luas dan itu pun telah penuh oleh bunga-bunga dan satu pohon jambu yang rindang, hanya menyisakan car port yang kini di huni Kijang Kapsul LGX.

Mondy memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, degub jantungnya seperti habis lari pagi. Semua rasa menyatu - bingung, takut, canggung, grogi, excited, gak sabar tapi juga ragu.

Ia bahkan harus berkomat kamit membaca bacaan yang ia bisa. Dari berzikir, shalawat hingga ayat kursi. 😁😁😁Kayak ketemu setan aja.

Seorang laki-laki paruh baya memasuki gerbang rumah itu tampaknya usai berolahraga.

"Pagi... assalamualaikum. Maaf pak numpang tanya?" sapa Mondy padanya.

Laki-laki itu mengangguk tanpa suara, menggumam membalas salam Mondy.

"Apa benar ini rumah Raya? Raya yang pembalap itu, yang penyiar radio?" tanya Mondy.

Laki-laki itu kembali mengangguk. "Ada apa cari eneng Raya?"

"Alhamdulillah..." gumam Mondy yang terdengar lawan bicara.

"Hai, ada apa tanya rumah Raya?"

Bukannya segera menjawab Mondy malah celingukan berharap melihat Raya. Berharap Raya keluar dari rumah itu, berharap pintu rumah itu segera terbuka sehingga ia bisa segera bertamu di sana. Mondy bahkan tak menggubris laki-laki yang ditanyanya.

Matanya menangkap sosok yang ia kenal sedang membuka pintu mobil Kijang.

DEG!
Jantung Mondy berdetak lebih kencang.

"DANI?" Pekiknya tertahan, terdengar oleh 2 laki-laki yang ada di sana, si Bapak yang tadi bengong karena pertanyaannya tidak di jawab Mondy dan orang yang dipanggil dengan nama Dani.

Dani menoleh ke sumber suara.

"MONDY?" ucapnya sedikit terkejut dan segera menutup pintu mobil dan berjalan ke arah Mondy.

Pertanyaan demi pertanyaan bergelantungan di kepala Mondy. Dani ada di sini? di rumah Raya? Benar saja kalo mereka sudah kenal sejak kecil. Apa mungkin hubungan keduanya sudah sedemikian jauh?

Pertanyaan demi pertanyaan juga bergelayutan di benak Dani. Kok bisa Mondy sampai sini? Bukankah Raya dan dia hanya sebatas rekan kerja? Apa mereka ada hubungan khusus? Kenpa juga sepagi ini sudah ada di depan rumah? Bukannya dia di Jakarta? Bukannya tadi malam dia juga masih siaran di Jakarta?

"Mon... kok Lo bisa nyampek sini?" dapa Dani mengulurkan tangan mengajak jabat tangan.

Mondy ragu menyambutnya. "Eh iya." balas Mondy gugup.

"Sendirian lo?" Dani celingukan tak melihat seorang pun mengikuti Monsy.
"Lo mau lihat Raya balapan ya?" tanya Dani lagi.

"BALAPAN?" pekik Mondy, Bukannya Raya sakit dan masih shock?

"Abah, ini Mondy dari Jakarta... patner kerjanya Raya. Yang kemarin diceritakan Raya, yang nolongin dia waktu kecopetan di jalan." jelas Dani pada si Bapak.

Laki-laki yang dipanggil Abah itu mengangguk-angguk memandang detail Mondy dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Mondy tersenyum sopan dan menunduk.
Aduh mampus! Jangan-jangan ini ayahnya Raya. Dan Dani... Batin mondy bergolak.

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang