61. SALAH PAHAM

1.3K 135 12
                                    


"Kamu gapa sendirian? Aku tunggu di kosan skalian antar Reva pulang. Kita bareng ke studio ya?" tawar Mondy.

"Gak usah, aku masih ada perlu, kayaknya gak balik ke kosan, mau langsung ke studio. Kamu ati-ati ya?" tolak Raya lembut.

"Oh..." Mondy mengangguk memberikan senyum termanisnya dan segera pamit dengan menepuk lembut pundak Raya.

Ia setengah berlari kembali menemui Reva agar tak curiga.
Sepertinya Raya juga gak ingin ketahuan Reva kalo berada di mall yang sama. Mungkin memang Raya ada urusan yang tidak ingin diketahui Reva.

Raya kembali terduduk. "Gue pengen nyender di pundak lo Mon! Sebentaaaaaaaaaaaar aja! Gue kangen...." gumamnya lalu bersandar pada tembok dibelakangnya dan ia paksakan diri untuk tersenyum.

Sekarang ia merasa lebih lega, dan seperti teringat sesuatu, ia mengusir galau dan kembali melangkah memasuki pusat perbelanjaan itu.

(Sebenarnya Raya nyari apa atau siapa sih?)

******

Mondy melangkah beriringan dengan Reva menuju parkiran. Ia cukup kerepotan  membawa belanjaan Reva yang sebagian juga untuknya.

Ia biarkan saja tangan Reva yang bergelayutan manja menggandengnya.

Tiba-tiba dari arah berlawanan seorang bertubuh tinggi gempal memakai topi menabraknya dengan kasar.

Pria itu sengaja menabrak Mondy dengan keras dan menarik lengan Mondy yang bebas.

Semua belanjaan jatuh berhamburan. Pegangan tangan Reva pun terlepas. Refleks ia memunguti belanjaanya dengan pandangan tak lepas dari pria bertopi itu.

Pria bertopi itu menghujani Mondy beberapa pukulan beruntun hingga ujung bibir Mondy mengeluarkan darah.

Reva panik dan berlari mencari bantuan saat menyadari parkiran sepi. Juka teriak pun kalah oleh suara lalu lalang jalan raya.

Belum sempat memberi perlawanan pria itu kembali mendorong tubuh Mondy hingga tersungkur di jalan aspal.

Kepalanya membentur pot semen. Mungkin pelipisnya tergores atau bagian kepalanya ada yang benjol. Yang jelas Mondy merasakan perih.

Mondy kaget begitu dari bawah ia dapat dengan jelas melihat wajah pria itu.

Belum hilang kekagetannya, pria itu telah mencengkeram kasar kerah baju Mondy memaksanya berdiri dengan tatapan penuh amarah.

"Dasar play boy!" Makinya

BUKK! BUKK!

Mondy mendapat pukulan berantai lagi. Kali ini Mondy tak tinggal diam dan berupaya menangkis.

"Lo pikir lo orang paling ganteng? Artis paling top? Ha!" Bentak pria itu kembali mencoba melancarkan pukulan tapi berhasil ditangkis Mondy.

Rasa sakit di rahang dan mulutnya membuat Mondy sulit berkata-kata.
Membuka mulutpun terasa kaku dan sakit.

"Ba-Bang. . . Tunggu dulu!"

PLAK! Sebuah tamparan mendarat di pipi Mondy yang langsung terasa panas.

Pukulan berikutnya berhasil ditangkis Mondy, bahkan ia bisa menahan kedua tangan pria itu dan menguncinya.

Wajah Mondy sudah lebam dan berdarah.

"Itu hukuman buat lo yang berani mempermainkan perasaan Raya!" Gertak pria  dalam cekalan Mondy.

DEG!

Mondy melepaskan tangan pria itu dan mulai mencerna ucapannya.

Kehabisan tenaga dan ngos-ngosan pria itu kembali mengoceh sambil menunjuk-nunjuk wajah Mondy.

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang