13. TERCIDUK

1.6K 145 7
                                    

Billy meninggalkan Raya di ruangan dan  menyuruhnya untuk tiduran, tapi Raya takut memejamkan mata. Takut mimpi buruknya kembali terulang. 


Selang beberapa Billy kembali ke ruangan membawa 2 dus makanan dan bye-bye fever lalu menempelkan koyo itu ke kening Raya.

"Bang, bukannya ini untuk anak-anak?" Raya protes.

"Lha bukannya lo masih anak-anak?" canda Billy.

Raya manyun. Idih segede gini dibilang anak-anak, ABG aja udah lewat kali. Gue udah kuliah tahu!


"Udah, nurut aja! Lo juga kayak bocah, disuruh minum obat gak mau. Kapan turunnya panas lo!" 

Billy menjitak kepala Raya lembut, lalu pergi meninggalkanya. "Jangan lupa tu dimakan, bentar lagi Dani kesini. Gue tinggal ya?"

"Makasih Bang."

*****

Mondy kembali segera kembali ke  Pro FM. Ia merasa tidak enak hati dan khawatir  terjadi kecemburuan pada peserta lainya karena kelonggaran ijin yang ia terima. Kebetulan antara kampus, stasiun radio dan rumah masih searah, jarak kampus ke Pro Fm lebih dekat dari pada rumahnya. Tidak ada salahnya ia mampir, syukur-syukur bisa ikut sesi pembekalan berikutnya. 

Mondy segera bergabung dengan peserta lainnya.

"Lo udah makan  Mon?" sapa Nadin yang sudah berada di dekatnya.

Mondy menggeleng pelan.

"Makan dulu! Nih!" tawarnya menyodorkan nasi kotak.

"Sip.sip. Thanks Din. Eh btw lo dah makan?"

"Udah." Nadin tersenyum senang.

Lo perhatian banget si Mon. So sweet.

 Nadin begitu bahagia dengan kepedulian Mondi. Binar-binar kebahagiaan terpancar di wajahnya. Senyumnya terus saja mengembang. Matanya tak berkedip memandang kegantengan wajah Mondy meski pipinya mengembung penuh makanan.

Lama-lama Mondy merasa risih.

"Eh, Raya mana Din?" tanya Mondy basa-basi.

Lamunan Nadin langsung buyar, Moodnya berubah 180 derajat, sementara Mondy masih asik makan.

"Eh, Din. Lo kok malah bengong. Raya nya ma-na? Kok gak keliatan?" ulang Mondy.

"Tau tuh, pulang kale." Nadin mengangkat bahu memalingkan wajah.

"Pulang? Kok bisa? Emang kenapa? Ijin?" Kepo Mondy.

"Ye, mana Gue tahu! Gue bukan emaknye!" kesal Nadin nyolot.

Mondy kaget dengan perubahan sikap Nadin. Seolah menyesal Nadin segera kembali bermuka manis dan berujar lembut padanya.

"Padahal habis ini ada latihan siaran lho Mon. Lo aja bela-belain balik ke sini. Raya kan belum ada pengalaman sama sekali Mon, eh  malah gak ikut. Trus ntar lo Gimana Mon? Bisa-bisa besok tu anak mengacau lagi. 

Lo tahu kan Mon acara lo berdua harus booming? Disiarkan secara nasional pula. Kasian di elo dong Mon kalo sampe gagal ni project hanya gara-gara Raya gak disiplin!" cerocos Nadin sok peduli.

"Bang Billy juga sih gak tegas sama Raya!"  


"Nyante aja keles...," Mondy meneguk air mineral, mengakhiri sesi makan siangnya, dengan isyarat mukanya meminta Nadin untuk tidak kesal.

"Gue juga baru kali Din. Gue juga belum bisa apa2. Tapi gue posthink aja. Gue yakin, mereka memilih gue dan Raya pasti bukan tanpa alasan. Bikin program unggulan pun mereka juga pasti sudah menyiapkan segala sesuatunya. Buat gue ini kepercayaan dan kesempatan. Yang penting kita do the best aja deh. Gue yakin Raya pun demikina." jelas Mondy. tanpa sadar telah membela Raya.

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang