29. REALITA

1.4K 129 9
                                    

Malam ini, anak-anak kos Raya akan makan bersama di luar. Sesuai janji Raya akan traktir mereka di pecel lele mbak Leli yang terkenal dengan varian sambal dan level pedasnya.
Menu penyetan memang selalu menggugah selera apalagi di malam hari.

Seharusnya mereka pergi ber-9, tapi mengingat ada yang harus kerja dan memilih pergi dengan pacarnya, jadilah mereka pergi berenam, Raya, Reva, mbak Arini, Ami, Mita, dan Maria. 2R,2A, dan 2M.

Sambil menunggu pesanan datang, 2A dan 2M sibuk ngepoin Raya selama camp. Sementara Reva asik bermain hape. Lebih tepat mengirim pesan.

"Chat sama Boy ya?" tebak Raya sambil melengok ponsel Reva.

Reva gugup buru-buru menarik ponselnya ke bawah meja.
"Ih, kepo lo Ray?"

Meski rame, tapi pelayanan di warung makan Mbak Leli ini cepet loh. Buktinya belum 15 menit pesanan mereka datang.

Sedang asik-asiknya makan, mencicipi sana-sini - eh sengaja mereka memesan menu makanan dan minuman yang berbeda lalu saling icip. Jadi sekali datang seolah sudah pernah mencoba semua menu. Begitulah enaknya jadi anak kos.

Masih asik makan dan mengobrol, Reva dikejutkan oleh 2 orang yang baru masuk dan duduk di meja tak jauh dari mereka. Ia panik, bingung antara memberi tahu Raya atau membiarkan Raya tahu dengan sendirinya.

Dan akhirnya Reva memutuskan......

"Ray . . . Arah jam 9," Reva mencolek Raya dengan kakinya.

Raya mendongak dengan mulut penuh makanan, dan segera menoleh.

Reva menanti ekspresi Raya yang ternyata hanya datar saja. "Cewek itu yang ngrebut Aris dari lo? Yang ngaku tunanganya?" Keponya penasaran.

Raya menatap Reva sesekali melirik sejoli yang tak lain Aris dan seorang cewek.
"Bukan." jawab Raya singkat.
"Lalu? Cewek itu pacar barunya?" Reva kepo.

Raya hanya mengangkat bahu, malas menjelaskan. Sebenarnya ia kenal cewek itu. Dia Inka, teman balapnya, dulu pernah dekat waktu masih di Bandung.

Raya buru-buru menyelesaikan makanya dan cuci tangan. Inka sudah melihatnya. Bahkan sudah melambaikan tangan padanya, dan Raya membalasnya dengan senyum. Lalu Aris? Apa dia juga menyadari ada Raya di sana? Ah, Raya tak perduli. Ia bahkan tak melirik Aris sefikitpun. Ia tak mau mengingat sakit hatinya.

Belum juga selesai, Aris dan Inka sudah berdiri disampingnya.

Inka mengulurkan tanganya dan menyapa, "Hai Ray, gak nyangka ketemu lo di sini? Pa kabar?"

Raya segera mengelap tangan basahnya dengan tisu.

"Hai Ink. Baek. Lo pa kabar? Kok bisa nyampe sini?" tanya Raya masih tak peduli Aris yang mengekor dibelakang Inka dan memperhatikannya.

Inka menyenggol lengan Aris lalu menaikkan alis.
"Lo kok diem aja Ris?" tanyanya pada Aris, lalu kembali menatap Raya. Aris hanya tersenyum menjawab pertanyaan Inka dan beralih pada Raya.

Raya sekuat jiwa raga menekan emosinya dan membalas senyum Aris.
Senyum yang melegakan hati Aris.

"Kita ngobrol disana yuk?" ajak Inka menunjuk mejanya tadi.
Raya melirik teman-temannya.
"Girls. Rayanya di pinjam dulu ya?" kata Inka pada teman-teman Raya yang hanya dijawab anggukan.

Raya terpaksa duduk di samping Aris karena Inka sudah duduk di depannya, dan asal tau aja, di meja itu hanya ada 3 kursi.

"Sory Ray. Gue gak ada apa-apa sama Aris. Gue sekarang gabung di tim-nya dia. Nah, Gue kesini untuk bicarain kontrak kerja kita. Jadi jangan salah sangka ya?" Inka meneguk minumanya.
Raya hanya mengangguk bibirnya membentuk huruf O. Sementara Aris tak berkedip memandang Raya dari arah samping. Ia begitu rindu pada sosok disampingnya itu, tapi tak berani menyapa atau berkata-kata padanya, apalagi menyentuhnya. Ia yakin Raya pasti masih marah. Buktinya sampai detik ini Raya tak menggubris pesan WA nya.

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang