42. AKU JUGA SAYANG KAMU

1.7K 169 16
                                    


Raya pulang bersama Mondy ke Jakarta.
Usai bersih-bersih Raya pamitan pada timnya. Awalnya Raya menolak ajakan mereka untuk konvoi toh tujuan mereka sama-sama balik ke jakarta, tapi Mondy justru setuju dengan Aceng CS.

Jadilah mereka saling tunggu dan meninggalkan Bandung bersama.

Sepanjang jalan tak ada yang saling bicara. Mondy dan Raya hanya diam tak ada yang berinisiatif mengawali pembicaraan.
Mondy masih berkutat pada masalahnya. Misinya untuk memperjelas status mereka sebelum sampai Jakarta tampaknya akan mengalami kegagalan.

Mondy tak bisa menebak apa yang ada dalam benak Raya dibalik sikap bungkam dan wajah lelahnya. Apa benar Raya hanya sekedar lelah? Beberapa kali Mondy sempat menangkap desahan berat Raya, dan mata indah itu berkaca meski tak sampai menitikkan air mata.

“Ada yang sakit?” tanya Mondy akhirnya.
Raya menoleh lalu menggeleng.
“Luka dilutut kamu? siku?”
Raya kembali menggeleng.

Mereka kembali saling diam. Mondy tahu Raya sedang tidak ingin ngobrol. Hm.... suasana yang benar-benar canggung dan tidak kondusif.

Lalu bagaimana Mondy bisa menyelesaikan misinya?

“Ray....” panggilnya, menoleh ke arah Raya, mengurangi laju mobilnya.
Raya hanya berdehem.
“Ray....”
“Hm...”
“Aku boleh ngomong Ray?”
“Hm...” Raya mengangguk.
Mondy menarik nafas sebelum berkata, “Ray kamu belum jawab pernyataan aku?”
Raya menarik nafas panjang.... seolah enggan menjawab membuat Mondy mengulang lagi, “kamu belum jawab Ray. Kamu sudah tahu aku sayang sama kamu. Aku cin-ta. dan ka-- kamu?”

Raya mengalihkan pandangan ke samping seolah menikmati pemandangan. Mondy sempat kecewa dan sedih melihat ekspresi Raya.

Apa gue salah ngomong? Ada apa dengan Raya? batin Mondy.

“Bisa gak Mon, kita gak bahas ini. Gue cape, lelah.... pengen istirahat.”
Raya menoleh sekilas kemudian kembali menatap ke depan dan memejamkan mata.

Mondy hanya berdehem, sesekali memperhatikan Raya di sampingnya yang tampaknya berusaha untuk tidur.
Entah sudah tidur atau hanya sekedar memejamkan mata, Mondy tak peduli. Ia kembali fokus menyetir dengan pikiran kalut.

Sesungguhnya ia pun merasa lelah. Iringan konvoi tim Raya sudah berpencar, harusnya mobil Aceng yang tadi di depan Mondy, tapi mungkin Mondy terlalu pelan menjalankan mobilnya sehingga jejak Aceng tak dilihatnya.

Mondy menepikan mobilnya. mengambil sesuatu dari jok belakang. Ia melihat Raya sudah tertidur nyenyak. Dari raut wajahnya Mondy dapat melihat ia amat kelelahan. Dan saat ini Raya hanya mengenakan kaos lengan pendek dan celana pendek sedikit di atas lutut. Baju itu sengaja dipilih karena celana army kesayangannya tadi basah di bagian lutut terkena rembesan cairan dari luka di lututnya. Dan saat berhenti di Pom bensin tadi ia menggantinya dengan celana pendek agar bisa memplaster luka dilututnya tanpa terganggu.
Sebagian paha putih mulusnya yang terekspose ia tutup dengan jaketnya.

Mondy mengambil balmut, dari jok belakang membukanya hingga menjadi selimut lalu menyelimutkan ke tubuh Raya. Ia tersenyum mengingat tadi malam Raya melakukan hal yang sama untuknya.

Hati-hati Mondy menaikkan selimut itu ke bahu Raya, tak ingin mengusik tidur tuan puterinya. Mondy juga menyetel sandaran punggung Raya agar ia merasa lebih nyaman.

(-So sweet banget, kurang sayang dan perhatian apa coba!-)😰😰😰

Raya sedikit menggeliat, mungkin karena merasakan perubahan suhu yang dirasakannya. Ia menggeser posisi kepalanya hingga menoleh kesamping kanan, mengarah pada Mondy. Mondy tersenyum dapat melihat wajah itu lebih jelas.

Siapa takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang