1 Perfect Agreement

348K 17.2K 1.1K
                                    

Aturan Baca Cerita Greya

Komentar apapun yang menunjukkan ketidaksukaan kalian terhadap alur, tokoh, sikap, akhir, cover, etc. GUE NGGA PEDULI!! INI CERITA GUE. NGGA SUKA? NYINGKIR!!

Tolong bener2 nyingkir ngga usah baca.

GUE NGGA MENCIPTAKAN CERITA SESUAI KEMAUAN PEMBACA. TAPI KEMAUAN GUE.

*Menerima kritik beserta saran.
*Cuma bisa memberi kritik tanpa saran. lebih baik ngga usah kritik!!
*Benci dengan komentar GUE BINGUNG SAMA CERITA INI!! tanpa mau menjelaskan bagian yang bikin bingung. kecuali dijelaskan bagian mana yang bikin bingung, agar bisa diperbaiki.

Di sini kita KERJA SAMA! Ngga gue KERJA SAMA KALIAN jadi harus menuruti mau kalian.

JADI JANGAN NGATUR-NGATUR. APAPUN YANG TERJADI DI CERITA SAYA. ITU HAK SAYA.

Apapun alurnya. Silakan baca, terima, tanpa membebani saya dengan keinginan kalian. Kalau ngga mau. Bisa hapus cerita ini dari daftar bacaan kalian.

Maaf. Bukan saya sombong atau tidak butuh pembaca.

Saya ingin menulis tanpa tekanan, tanpa tuntutan, tanpa berusaha mengikuti keinginan kalian yang tidak sesuai dengan isi kepala saya.

Saya ingin menjadi diri saya sendiri melalui cerita saya.

Jadi tolong hargai itu.

*****

Tolong tandai kalau ketemu typo. Makasiih.

Satu : Pisah Ranjang.
Dua : Jangan masuk ke kamar lawan.
Tiga : Masak sendiri-sendiri.
Empat : Jangan Makan Snack milik Lawan.
Lima : Gaji istri milik istri. Gaji suami milik istri.

Dan geraman tertahan lantas terdengar dari bibir Erik selepas membaca poin ke lima yang ditulis oleh Syera yang baru beberapa jam yang lalu sah menyandang status sebagai istrinya.

Matanya yang sedikit sipit, namun tak mengurangi ketajamannya itu dilemparkan pada sang istri yang melipat tangan di depan dada, merasa sudah memenangkan permainan.

Erik ingin protes. Dia tak setuju dengan poin ke lima yang Syera tuliskan. Sangat-sangat merugikan.

"Ayo tulis poin ke enam." Dengan nada mengejek yang khas dirinya. Syera membuka suara, sengaja menimbun kekesalan Erik, pria yang beberapa jam lalu menjabat tangan ayahnya, mengganti status single yang ia miliki menjadi kawin.

Tak ingin terkecoh. Erik menurunkan emosi yang sudah berpusat di ubun-ubun. Dia menunjukan seringai tipis, sebelum menulis poin ke enam.

Enam : Sex satu minggu sekali.

Brak!!

"What the hell!!"

Syera naik pitam. Tak tanggung-tanggung ia mendebrak meja hotel yang menjadi saksi sepuluh poin perjanjian pernikahan yang tengah mereka buat.

Mata bulatnya makin membulat, kala melotot ke arah Erik yang memilih untuk tersenyum semanis madu, dari pada tersenyum mengejek yang tak ia butuhkan jika hanya ingin menunjukkan siapa pemenangnya kali ini.

Ooh sudah jelas. Poin ke enam miliknya adalah juaranya, daripada poin ke lima milik Syera.

Gajinya adalah gaji Syera. Tak masalah. Lagi pula wanita itu mana tahu penghasilannya setiap bulan? Ia bisa mengelabui hal itu. Tapi sex? Memangnya Syera ingin mengaku mens setia minggu? Jika benar begitu, ia tak sungkan-sungkan mengirim Syera ke rumah sakit. Bila perlu dioperasi saja, biar mensnya itu berhenti.

"Curang," desis Syera dengan tatapan membunuh.

Erik bersedekap, mengikuti gaya pongah Syera tadi. "Ayo lah, lo masih punya dua poin untuk ngalahin poin ke enam puny--"

Perfect AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang