39 Lara

61K 9.6K 1.5K
                                    

Guys ada voucher pembelian karyaku di Karyakarsa. Jadi kalau kalian mau beli bisa pakai kode voucher GC1704S.

Potongan senilai 20rb berlaku untuk karya yang memiliki harga di atas 40rb.

Berlaku sampai tanggal 17-04-2023 ya ges ya.

Erik masih diam memandang layar ponsel yang sudah menghitam. Untuk beberapa saat pria itu lupa cara berkedip, bergerak, bahkan bernapas. Dia terlalu meresapi keterpakuannya, hingga wanita penjaga kasir menyerahkan kue ulang tahun yang ia pesan.

"Terima kasih," ujar wanita berjilbab itu ramah.

Seperti baru belajar cara mengoperasikan tubuh, Erik mengangguk kaku, lalu berjalan keluar dengan tubuh lunglai.

Selama ini dia tak menanyakan lagi apakah istrinya sudah memutuskan Shaka seperti permintaannya, hanya karena tak ingin menekan wanita itu. Dan lagi, Syera adalah wanita dewasa yang mestinya paham akan ultimatum yang ia berikan.

Bukan dia ingin mengendalikan kehidupan Syera dengan memaksa wanita itu memutuskan Shaka. Yang Erik inginkan hanya sebuah pernikahan normal tanpa harus ada pihak ketiga.

Mengurut keningnya, Erik mengeluh lelah. Dia mendesis pada pusing yang tiba-tiba mendera. Ya Tuhan, haruskah semua terjadi sekarang di saat dia berpikir jika hubungannya dengan Syera telah maju beberapa langkah meninggalkan niat nikah yang salah?

Apa memang mungkin bukan ini yang Syera inginkan? Hidup dengannya yang mungkin tak akan pernah bisa seperti Shaka. Perjuangannya untuk mendapatkan Syera memang tak bisa dibandingkan dengan kekasih wanita itu.

Tapi ... tak bisakah perjuangan dirinya yang berusaha menerima kesalahan Syera sebelum ini masuk dalam kategori pria yang patut dipertahankan?

"Ck," decak Erik yang merasa buntu mendadak.

Sudah tak ada jalan lain. Yang dia rasa bukan hanya sekedar kecewa. Tapi sudah mati rasa.

Mungkin begini nasib pria yang menggenggam cinta tanpa balasan. Cintanya tak memiliki pasangan. Rasa itu sendiri. Cinta itu sendiri.

Menunggangi motornya yang seketika membuat ia mengeluh karena tadi begitu malas mengeluarkan mobil dari garasi, Erik terpaksa harus membawa kendaraan roda duanya hati-hati jika tak ingin kue ulang tahun untuk sang ibu rusak karena goncangan.

Namun memang dasar nasib sedang tak berpihak padanya yang baru tertimpa kemalangan. Sebuah motor yang ditunggangi ibu-ibu berbelok ke arah kiri, di mana ia pikir ibu tersebut ingin mengarahkan stang motor ke arah kanan, melihat sein yang dinyalakan adalah lampu sein kanan.

Menghentikan secara mendadak motor yang ia bawa, tubuh lemah itu tak bisa menjaga keseimbangan kala berat bertumpu ke arah kanan.

Bruk!

Kue ulang tahun ibunya hancur, dan tangan serta kaki kanannya mengalami luka yang tak dapat dikategorikan sebagai luka ringan namun juga tak parah.

Tapi kala melepaskan diri dari motor besarnya dibantu oleh beberapa orang tanpa si ibu yang berbelok tak mengikuti tanda lampu sein, Erik merasa kalau luka yang dirinya dapat termasuk parah, khususnya pada bagian dada.

Di sana sakit sekali. Begitu sakitnya ia melupakan kue ulang tahun yang sudah bercecer di jalan. Begitu sakitnya sampai ia lupa mengucap terima kasih pada orang yang membantunya berdiri.

Rasa sakit yang ia alami ini dirinya bawa sendiri dan berharap setelah tiba di rumah, dia dapat mengobati.

Sebuah perban di bawah siku ia balut untuk menutupi luka yang tak ia rasakan bagaimana sakitnya. Ya ... baginya itu luka ringan yang tak perlu dikhawatirkan. Pun dengan mata kaki yang mengucurkan darah segar. Langsung ia obati tanpa ringisan pedih sama sekali.

Perfect AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang