21 Mantan

91.8K 7.3K 419
                                    

Pagi-pagi sekali Erika datang, membawa kendaraan milik Syera. Hal yang membuat kening Syera berkerut, karena dia belum meminta barang berharganya yang disita oleh Rika itu. Tapi ternyata suaminya yang menghubungi Rika tadi malam, setelah cekcok mereka selesai. Hal yang membuat Syera takjub. Erik benar-benar tak peduli padanya lagi, meski pria itu sudah mengatakan alasan mengapa dirinya meminta Rika mengembalikan motor Syera.

Dia takut terlambat dikarenakan arah kantor mereka yang berbeda. Dan yeah!! Syera memilih untuk percaya, meski sebelumnya Erik tampak bahagia dan suka rela mengantarkannya.

"Alhamdulillah, abang gue mau bantuin gue kredit motor."

Entah mengapa informasi Erika yang ikut sarapan di tempatnya dengan lontong yang Erik beli membuat hati Syera panas. Seolah Rika baru saja memamerkan keharmonisannya dengan Erik di saat Syera tengah diperlakukan Erik dengan tidak adil. Tidak adil. Karena dirinya istri yang tak pernah dibelikan apapun selain coklat dan es krim dua hari yang lalu, dan makan malam, dan camilan, dan ... aah!! Erik sudah sering memberinya sesuatu. Tapi tidak berupa barang!

"Tapi DP kamu sendiri." Erik segera menjawab ucapan menggebu-gebu Rika.

"Bereees!!" Rika menendang kaki Syera yang ada di bawah meja. "Gue beli motor yang 0 DP," bisiknya, menganggap Erik tak mendengar bisikannya yang bisa didengar hingga jarak lima meter.

"Tau gue. Lo kan licik," timpal Syera dengan wajah bertekuk kesal.

Rika tersenyum lebar, tak peduli pada ekspresi kesal Syera yang sudah daritadi dirinya tangkap. Tapi dia tak ingin bertanya. Tidak di depan Erik.

Hingga saat Erik berdiri, menuju dapur dengan mangkok kosongnya, Erika berdesis mencuri perhatian Syera yang hanya memakan sesendok sarapannya, lalu memilih untuk mengaduk-aduk makanan tak berdosa itu.

"Kalian berantem?" bisiknya, kali ini benar-benar berbisik tanpa Erik dengar.

Syera menatap Rika sejenak, lalu memberikan gelengan pelan. "Ngga."

"Iyes! Lo ngga mau liat abang gue daritadi. Gue kenal lo lama. Dan tau banget ciri-ciri lo kalau marah sama orang. Lo ngga mau liat mukanya!"

Harusnya ketika mengajak seseorang menikah, Syera berpikir terlebih dahulu untuk tidak menikahi saudara sahabatnya yang sudah hapal betul bagaimana bentuk garis hidupnya.

Kalau sudah begini dia mau cerita apa? Mengatakan kalau Erik kemarin memergoki dirinya dijemput kekasih yang masuk dalam kategori selingkuhan pada Erika?

Selain dimusuhi, Erika bisa saja menampar dirinya saat ini juga.

Syera bingung dengan kondisinya ini. Dia ingin bercerita keluh kesah kehidupan pernikahannya. Tapi pada siapa? Meta adalah sepupu ipar sekaligus sahabat dan mantan pacar Erik yang tentunya akan menghujat dirinya jika mengakui tentang percintaannya dengan Shaka. Bercerita dengan Nia? Sama saja. Atau Rian? Lelaki itu setidaknya tidak akan menghujat dirinya yang berselingkuh. Tapi ... menceritakan hal paling rahasia pada pria itu sama saja lompat ke jurang terdalam.

Dia ingat bagaimana dulu Rian membeberkan hal yang tak pernah ia ceritakan pada siapapun bahkan pada Erika, hanya dalam waktu 24 jam, setelah kejadian memalukan itu terjadi.

Waktu itu Syera baru putus dari Shaka dan bodohnya lari ke klub malam, hingga untuk pertama kali memasukan minuman haram ke dalam tubuh, membuat kesadaran terenggut setengah darinya. Dia berpikir bebannya akan hilang meski sesaat, karena memang berpisah dari Shaka adalah hal terberat bagi dirinya waktu itu. Tapi ternyata dia salah. Bukannya terbebas dari beban, dirinya malah nyaris masuk ke beban yang paling berat, bahkan jika itu sampai terjadi, dirinya memilih mati bunuh diri.

Perfect AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang