Selepas para anggota Syafa Gym pulang dan tempat itu sepi, hanya menyisakan para pendiri tempat gym tersebut. Meta sebagai pemilik resmi berdehem sebelum membuka suara.
"Jad--"
"Santai, Met. Bukan pemilihan presiden. Santai."
Tatapan nyalang langsung Meta lempar pada Rian yang mengganggu pembukaannya. "Lo diem, bangke!" desis wanita itu yang dijawab cengiran lebar Rian. Pria itu dari tadi tak bisa diam. Meski kenyataannya Rian memang tak akan pernah bisa diam, mengingat slogan pria itu, diam adalah mati.
"Jadi gi--"
"Sewot amat."
Lagi Rian membuka suara, dan kali ini tak hanya mendapatkan delikkan dari Meta, tapi juga Syera, Rika, dan Nia. Sedangkan Erik pria kedua yang ada di sana diam di tempat sambil menahan tawa.
"Sekali lagi buka suara. Mati lo!" ancam Meta yang dijawab Rian dengan dua jari membentuk V yang diangkat ke udara.
"Jadi--"
"Siap!"
"RIAN!"
Kali ini bukan Meta yang berteriak, melainkan Syera yang segera berjalan ke arah pria itu dan membekap kuat bibir Rian dari belakang. "Lanjutin Met. Dia aman sama gue," ujar Syera tak peduli pada rontaan Rian yang sebenarnya sangat mengganggu. Tapi tak apa, dari pada mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut pria pengganggu ini.
"Jadi gue udah resmi resign. Dan gue mau rekrut beberapa temen gue yang udah pengalaman jadi instruktur fitnes. Nah gue bakal buka dari pagi. Karena kayaknya nanggung banget kalau cuma buka sore."
"Setuju!" Rika dan Nia membuka suara terlebih dahulu.
"Idem gue!" jawab Syera makin menekan mulut Rian yang tadinya sudah tenang, dan bekapan Syera mulai mengendor. Tapi saat Rian ingin kembali membuka suara, Syera langsung sigap menghentikannya.
"Tapi bukannya lo lagi program hamil ya, kak Met?"
Meta mengangguk. "Gue ngawasin doang, kok." Meta melirik Syera yang masih asyik berduel dengan Rian yang posisinya berada di paling belakang. "Syer, lo progam hamil juga, kan?"
"Ha?" Syera melepaskan Rian, lalu pandangannya fokus pada Meta. "Apa Met?"
"Lo program hamil juga, kan?"
"Eh?" Kening Syera langsung berkerut. Dia merasa tak memberitahukan hal ini pada siapapun.
"Gue yang bilang. Kan katanya lo mau hamil."
Erika mendahului Syera. Wanita itu memang minta dihajar. Baru akan membuka suara, siap mengomeli Rika yang mulutnya seperti ember bekas bocor. Tiba-tiba, Rian memeluk Syera dengan kencang, tepat di leher wanita itu. Ini ajang balas dendam.
"Aaakh! Riaaan!!" Sekuat tenaga wanita itu memukuli tangan Rian, tapi tampaknya pria itu memang ingin melakukan pembunuhan.
"Sayaaaaang. Belum aku apa-apain kok malah mau hamil, sih?!" rengek Rian sambil menggerakan tubuh Syera ke kiri dan ke kanan. Jelas saja Syera makin meronta tak karu-karuan.
"Babi!!! Lepaas!!"
"Ngga!! Kita kawin dulu bar--"
Satu bungkus rokok langsung mendarat manis ke kepala Rian. Tatapan pria itu langsung jatuh pada Erik yang kembali melempar kaos kakinya, dan tepat mengenai wajah tampan Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Agreement
RandomTak ingin menikah karena dijodohkan. Tak ingin pernikahannya dikontrol oleh orang asing tak dikenal. Pria dan wanita yang tak cukup akur sebagai teman apalagi sahabat ini memutuskan untuk menikah dengan alasan yang sama. Pernikahan yang tak diatur a...