16 Hamil

135K 8.1K 154
                                        

Selepas apa yang terjadi beberapa saat yang lalu. Perjanjian Syera yang dibuat untuk menyindir Erik sebenarnya, sekaligus untuk meyakiti ego pria itu. Syera merasa setiap detik yang ia lalui jadi menyesakkan hati dan pikiran.

Erik tidak marah memang. Sama sekali tidak ada tanda-tanda jika pria itu akan murka ketika membaca perjanjian yang Syera buat. Pria itu malah memberikan tanggapan positif yang alih-alih diterima dengan bahagia oleh si empunya perjanjian, malah tersindir habis-habisan.

Syera merasa telah menggali kuburannya sendiri ketika mendengar tanggapan Erik. Perfect Agreement. Apa-apaan itu. Jelas tidak ada satupun perjanjian yang wanita itu buat dapat diterima dalam norma pernikahan, meskipun pernikahan itu dibangun di atas pondasi kesalahan. Sebenarnya jika mengingat pernikahan mereka yang memang cenderung tak benar, sah-sah saja perjanjian yang wanita itu buat. Soal merugikan Erik itu kesalahan pria itu sendiri yang memberikan hak istimewa kepada Syera. Tapi entah lah. Meski merasa benar, Syera tetap merasa salah. Jika ia merasa salah, berarti dia menganggap pernikahan ini benar. Jika pernikahan itu benar, maka dia adalah seorang wanita bersuami yang tak boleh meminta empat perjanjian kurang ajar itu. Tapi dia tak menganggap jika dirinya merupakan seorang istri, berarti pernikahan mereka jelas hal yang salah, maka perjanjian itu juga tak bermasalah?

Entahlah. Jangan pernah ikut memikirkan apa yang Syera hadapi. Wanita itu bermasalah juga dirinya sendiri yang ciptakan. Mengapa harus ikut bingung dengan wanita yang sekarang sedang bingung itu?

"Syer...!"

Panggilan kuat dari Erik yang menyupir di sampingnya membuat ia tersentak, dan memperhatikan pria itu yang sudah menghentikan mobil di Syafa Gym. Jadi begini ceritanya mengapa Syera dan Erik bisa berada di dalam mobil yang sama, tepatnya mobil Erik. Wanita ini menumpang ke Syafa Gym karena motornya tertinggal di rumah mertua.

Syera tak sama sekali meminta pertolongan pada Erik agar bisa menumpang di mobil pria itu. Tidak. Sedang gengsi begini, mana mungkin wanita itu datang dan meminta untuk menumpang. Syera cukup bersyukur saat Erik menghampirinya yang berdiri di depan pagar rumah--berharap ada ojek yang lewat--memberikan tumpangan padanya.

Erik melakukan tugas sebagai seorang suami yang baik, melaksanakan perjanjian yang ia tuliskan, dan Syera sekali lagi merasa semakin bersalah.

Ck! Salah itu kalau lo nganggep dia suami, Syera!

"Aku panggil kamu dari tadi. Sudah sampai."

"Hem, tau!"

Wanita itu turun terlebih dahulu, berjalan cepat meninggalkan Erik.

"Kak Erik! Baru datang?" Seorang wanita yang Erik kenal menghampirinya dan menyapa genit.

Syera mendengar panggilan itu dan dia mendengus jijik.

"Eh Syer! Mimpin aerobik, ya?!" Baru masuk, bukannya disapa manis, Meta malah langsung memberikannya pekerjaan.

Wanita itu bergerak melewati anggota Syafa Gym yang sedang menggunakan peralatan fitnes di sana. "Gue tutorin mbak Rayà." Dia meletakkan tas yang ia cangklong tepat di samping alat fitnes adductor, mendekati wanita yang menggunakan alat tersebut." Tarik napas waktu pahanya ke dalam, hembuskan waktu paha gerak ke luar. Santai aja." Wanita itu memberikan aba-aba. "Baru pakai alat ini, kan?" tanyanya dibalas anggukan kepala oleh wanita yang diajak bicara. "Satu set aja dulu."

"Raya masuk rumah sakit ya, Syer?"

Rian yang tak ia harapkan kehadirannya di saat suasana hati sangat tak baik tiba-tiba mendekati, memberi informasi yang mengejutkan. Syera menatap Meta yang mencebikkan bibir dan mengangguk sambil berjalan pelan di atas alat treadmill. "Gue baru mau bilang. Keracunan obat diet."

Perfect AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang