27 Pembalasan Untuk Syera

84.3K 8.4K 688
                                    

Peringatan untuk yang dibawah umur, dan belum siap membaca adegan berbahaya alias dewasa. Part ini dilewati saja, atau baca bagian akhirnya.

Baca sesudah buka yees.

Erik menarik keras rambut Syera ke belakang, melepaskan ciumannya, kemudian menatap istrinya tanpa pengampunan sama sekali, meski Syera sudah memekik ketika rambutnya ditarik oleh pria itu.

"Perjanjian itu. Sebentar lagi akan sangat kamu butuhkan," ucap Erik pada Syera yang langsung merasakan bulu kuduknya meremang karena ngeri pada ekspresi Erik saat mengucapkan kalimat barusan.

Erik melepaskan cengkramannya dari rambut Syera, namun kemudian berpindah pada pergelangan tangan wanita itu. Hal yang membuat Syera tersentak kaget, karena ia pikir Erik akan melepaskannya, meski hatinya bertanya-tanya apa yang akan terjadi setelah ciuman brutal tadi. Dan tanya hatinya terjawab sudah, saat Erik menarik Syera menuju ke dalam, berhenti di sofa berukuran cukup besar. Tubuhnya dilempar secara kasar di sana, dan lagi-lagi Syera memekik sakit karena sikunya bertabrakan keras dengan sudut tangan sofa yang keras.

Sibuk mengusap siku kanannya, gerakan tiba-tiba Erik yang menariknya untuk berdiri kembali mengagetkan Syera yang lantas terkesiap. Erik dengan tatapan tajam pria itu menjatuhkan jemari kokohnya pada leher kaos yang Syera kenakan, kemudian mencengkramnya kuat sebelum ditarik secara paksa hingga bunyi sobekan yang begitu jelas tertangkap indra pendengar Syera yang tak bisa mencegah karena gerakan Erik yang begitu cepat.

"Erik!" pekiknya, menatap kaos yang tadi masih menutupi tubuh sudah tergeletak malang di bawah kaki. Dia ingin memberontak, menghindari Erik yang mulai menggila. Namun gerakannya dihentikan dengan Erik yang kembali melumat kasar bibirnya, membuat Syera terhipnotis untuk diam menikmati sentuhan pria itu yang sudah meraba tanpa kelembutan sama sekali pada payudara kanannya yang masih tertutup bra berenda. Namun tak butuh waktu lama bra itu sudah bergabung dengan kaos hitam milik Syera.

Tubuh bagian atas wanita itu kini polos tanpa pelindung. Namun bukannya menutupi, Syera malah terbuai, ikut masuk dalam permainan kasar Erik. Lumatan bibir Erik di bibir Syera dibalas wanita itu yang mulai bergerak erotis, menggrayangi tubuh kokoh suaminya.

Jalan pikiran Syera sudah buntu. Sentuhan Erik seketika meluruhkan egonya yang biasa bercokol kuat dalam diri Syera.

"Aaah!" desah Syera bercampur dengan pekik sakitnya saat Erik menggigit keras ujung puting wanita itu.

Erik kemudian melepaskan Syera, dengan napas yang sama-sama tersengal. Dia menatapi tubuh polos istrinya, membangkitkan gairah yang telah tertahan cukup lama. Puas menelusuri Syera yang masih tak berusaha menutupi kepolosannya, karena yang ada di pikiran wanita itu hanya sentuhan Erik yang memabukkan. Erik menubruk lagi tubuh wanita itu, melumat bibir Syera sesaat yang dibalas dengan erangan nakal wanita itu. Kemudian tanpa kelembutan, Erik mendorong lagi tubuh Syera ke belakang, hingga wanita itu duduk dengan ringisan.

Erik berlutut di hadapan wanita itu, meletakkan kedua tangannya pada pinggang rok Syera. Dan dengan cepat, tangannya menyentak turun penutup bagian bawah Syera, hingga lolos dari tubuh wanita itu. Syera mulai ketakutan. Dia tak yakin jika dirinya siap dengan sentuhan Erik yang lebih jauh dari sekedar berciuman. Hal yang membuat Syera berdiri, hendak menghentikan kenekatan Erik. Pria itu benar-benar akan melampiaskan semua emosi pada tubuhnya.

Tapi tindakan Syera terasa sia-sia, karena Erik berhasil membuatnya kembali pada posisi semula, bahkan dirinya yang sempat berdiri memberikan kesempatan bagi Erik melepaskan satu-satunya kain yang tersisa di tubuh. Sekarang ia sudah polos tanpa busana apapun.

Syera membeliak dengan mulut menganga-nganga, terlebih saat lagi-lagi tanpa suara, Erik memegang kedua betisnya dan mengangkatnya ke atas.

"Erik!" Dia malu pria itu melihat area terdalam dan paling rahasia yang ia milikki. Namun Erik sama sekali tak memberikannya kesempatan untuk menutup kedua kakinya yang terbuka lebar di depan wajah merah pria itu.

Perfect AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang