6 Bulan kemudian...
Hari berganti demi hari, Bulan perlahan berlalu tanpa disadari. Serta penantian yang tak pernah sirna.
"Mauren!" Gadis itu menoleh saat namanya dipanggil.
"Gimana? Udah dapet kabar dari dia?" Tanya seseorang.
Mauren menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan orang yang sedang berada di hadapannya saat ini. Gadis itu menghela nafasnya panjang, membuat orang didepannya seakan mengerti dengan helaan nafas itu.
"Penantian lo Akan berakhir, bertahan sedikit lagi." Ujarnya.
Mauren hanya menatap orang itu dengan tatapan yang tak dapat diartikan.
"Reno..." Panggil Mauren.
Reno bergumam menjawab panggilan gadis itu. 5 detik. 10 detik. 20 detik. Belum ada kelanjutan dari percakapan tadi, Mauren hanya memanggilnya, tanpa memberi tahu apa yang akan ia katakan.
"Mauren apaan sih! Kalau ngomong jangan setengah-setengah." Geram Reno.
Mauren tersenyum lebar, sangking lebarnya Reno merinding melihat gadis itu.
"Apa?" Tanya Reno sekali lagi.
"Boleh gue pergi?" Tanya Mauren setelah lama diam.
Reno menyerngitkan dahinya bingung. Ia belum mengerti apa yang Mauren sedang bicarakan.
"Mau pulang? Kita tunggu sampai ada kabar dari dia ya..." Ujar Reno.
"Bukan." Jawab Mauren.
Reno hanya menatapnya dengan bingung, hingga Mauren akhirnya menjelaskan apa maksud dari arah perbincangannya.
"6 Bulan lalu. Lo bilang, gue boleh pergi. Kalau dia gak kembali, dan lo juga harus pergi. Kata lo, gue harus ninggalin semuanya..." Ujar Mauren seraya menatap mata Reno.
Bukan. Bukan tatapan itu yang Reno inginkan dari Mauren. Mauren hanya menatapnya dengan kosong, seakan ada yang hilang.
"Boleh kan?" Tanya Mauren sekali lagi.
"Mauren-"
"Dia gak akan kembali, Reno.." Jawab Mauren memotong ucapan Reno.
"Bentar lagi, lo balik ke Jerman. Udah hampir 1 tahun dia pergi, nyatanya dia gak kembali..." Lanjutnya.
"Lo bilang, gue berhak bahagia." Ujarnya.
"Bertahanlah Mauren. Tino, dia akan kembali, kalau lo mau sabar sedikit lagi." Ucap Reno.
Mauren bergeming mendengar perkataan Reno. Reno tau, ia ingin berhenti karena lelah, tapi kenapa Reno menturuhnya untuk tetap menunggu.
"Apa dia kembali kalau gue bertahan 1 tahun lagi?" Gumamnya.
Reno Masih bisa mendengar ucapan Mauren. "Ya, mungkin." Jawab Reno.
Lagi dan lagi, Mauren menghela nafasnya kali ini sedikit kasar.
"Kenapa harus gue?" Tanya Mauren lebih ke dirinya sendiri.
"Reno, gue balik duluan." Pamit Mauren.
"Lo belom dapet kabar dari dia, kenapa pulang?" Tanya Reno sembari menahan pergelangan tangan Mauren.
"Udah malem, dia gak akan datang." Jawabnya.
Kemudian Mauren melepas tangannya dari genggaman Reno, melangkah pergi meninggalkan bandara itu. Reno hanya menatap nanar punggung Mauren yang semakin jauh dari pengelihatannya.
Sudah hampir satu tahun Mauren menunggu Tino kembali. Setiap ia ingin menyerah, Reno selalu berkata 'Dia Akan kembali. Sabarlah!' membuat Mauren mengenyahkan pikiran negatifnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AND BROKEN
Fiksi Remaja(Mohon maaf untuk chapter awal yang masih berantakan) Bagi Marchella mengenal Kevin adalah hal yang paling membahagiakan selama ia hidup di dunia. Sedangkan bagi Kevin, mengenal Marchella adalah pengalaman terbaik yang pernah ada di hidupnya. Kisa...