Marchella memencet bel pintu apartemen yang sangat ia kenali. Tidak lama setelah ia menunggu, kurang dari 5 menit seorang pria tinggi muncul di hadapannya.
Cewek itu tersenyum melihat pria yang berdiri didepannya.
"Hai kak..." Sapa Marchella.
Pria itu ikut tersenyum melihat keberadaan Marchella saat ini.
"Kakak kira, kamu gak kembali lagi ke sini." Ujar pria itu.
Marchella melepas gagang kopernya yang sedari tadi ia pegang dengan erat, kemudian menabrak dada bidang pria itu, memeluknya dengan erat.
"Aku gak akan tinggalin kakak sebelum kak Fino nikah. " Ucapnya seraya terkekeh.
Fino tertawa renyah, dan mengacak rambut Marchella gemas.
"Ayo masuk, ada hal yang ingin kakak sampaikan ke kamu..." Ujar Fino.
Marchella masuk ke dalam apartemen Fino diikuti oleh cowok itu yang membantu Marchella membawakan kopernya.
Cewek itu duduk di sofa dengan Fino yang berada di seberang nya. Marchella menatap Fino yang terlihat sangat serius.
"Tentang apa kak?" Tanya Marchella.
Marchella menatap Fino yang terlihat gugup. Cowok itu mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya.
"Kakak harus berobat." Ujar Fino membuat Marchella menyerngitkan keningnya.
"Berobat?" Tanya Marchella heran.
"Kanker otak stadium 3..." Jawab Fino.
Marchella diam tanpa melepas tatapannya dari Fino. Cowo itu menatapnya seolah meminta maaf karena hal ini terjadi padanya.
"Maaf Chell" Ujarnya lagi.
Cewek itu mengalihkan matanya dari Fino, ia berdiri dan meninggalkan Fino seorang diri di ruang tengah.
"Kakak tau kan, aku pun belum sembuh total dari penyakit itu." Ucap Marchella tanpa menoleh ke Fino.
Fino berdiri dari duduknya, menghampiri Marchella dan memeluk cewek yang ia anggap adiknya dengan erat.
Marchella berbalik menghadap Fino, sedikit berjinjit dan membalas pelukan cowok itu tak kalah eratnya. Menangis tanpa suara membuat dadanya terasa lebih sesak.
"Chell..." Panggil Fino.
"Kamu mau ya, jadi dokter pribadi kakak..." Pinta cowok itu.
Fino bisa merasakan anggukan kecil dari pergerakan Marchella. Setelah itu, Fino terkejut saat Marchella tiba-tiba tak sadar kan diri, terjatuh begitu saja ke lantai. Untung Fino menahannya, membuat badan cewek itu tidak menghantam kencang lantai.
"Chell..." Panggil Fino seraya menepuk pipi Marchella.
"Kamu kecapean pasti." Gumam Fino, kemudian cowok itu menggendong Marchella menuju kamarnya.
Mengistirahatkan badan cewek itu di kasur yang empuk. Fino mengelus kepala Marchella dengan sayang, dan tatapan mata yang sendu.
"Jangan sakit lagi..." Ujar Fino.
"Jaga diri baik-baik." Lanjutnya.
Fino sangat tau, penyakit yang ia derita saat ini memiliki kemungkinan kecil untuk sembuh. Sampai saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit satu ini. Walaupun sudah dilakukan operasi, penyakit ini tidak sepenuhnya hilang.
Mungkin hanya memperlambat kematian. Tapi kembali lagi pada yang maha kuasa, bukankah tidak ada yang tidak mungkin bagi sang Pencipta?
Buktinya Marchella baik-baik saja shingga saat ini. Fino takut, bukan takut untuk mati, ia takut Marchella kembali ke masa terpuruk nya jika ia pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AND BROKEN
Teen Fiction(Mohon maaf untuk chapter awal yang masih berantakan) Bagi Marchella mengenal Kevin adalah hal yang paling membahagiakan selama ia hidup di dunia. Sedangkan bagi Kevin, mengenal Marchella adalah pengalaman terbaik yang pernah ada di hidupnya. Kisa...