72 months later...
"Selamat pagi dokter muda!" Sapa seorang pria dengan jas putih yang melekat di tubuhnya.
Orang yang disapa pria itu hanya menyunggingkan senyum manisnya.
"Apa lagi? Mau ganggu aku lagi kesini?" Tanya orang itu.
Pria tadi melangkah maju mendekati seseorang yang sedang ia ajak berbicara sedari tadi, kemudian ia duduk bersebrangan dengan orang itu.
"Gak... Ya kamu tau kan, aku sering bosan kalau diruangan. Jadi aku kesini, aku tau kamu juga bosen berkutat dengan berkas pasien." Oceh pria itu.
"Sok tau!" Pria tersebut hanya tersenyum lembut. Kemudian ruangan kembali hening. Pria itu hanya menatap orang didepannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kapan balik?" Tanya pria itu setelah lama mereka terdiam.
Lawan bicaranya mengadahkan kepala, melihat pria didepannya seakan meminta jawaban.
"Setelah makan malam." Jawabnya singkat.
"Bukan! Bukan itu yang ku maksud."
"Apa?" Tanyanya.
"Kamu bilang, kamu akan kembali setelah 4 tahun. Ini sudah lebih dari 4 tahun. Jadi?" Tanya pria itu.
"Aku belum siap..." Jawabnya.
"Kapan kamu siap? Aku bisa menemani mu..."
"Gak perlu, terimakasih sebelumnya..."
Dan ruangan itu kembali hening, hanya suara ketukan meja yang terdengar serta suara kertas yang dibalik-balik.
"Marchella!" Panggil pria itu.
Marchella kembali mengangkat kepalanya, menatap mata pria didepannya dengan tatapan tanya.
"Aku akan menyusulmu kesana, jika seandainya kamu gak akan kembali kesini." Ujarnya dan hanya diangguki oleh Marchella.
"Aku balik ke ruangan dulu. Sudah ada janji temu dengan pasien berikutnya." Pamitnya.
Pria itu mengacak rambut Marchella gemas. Gadis tersebut hanya tersenyum melihat perilaku pria yang sudah dewasa tapi masih sangat kekanakan.
"Mark!" Panggil Marchella membuat cowok itu berbalik badan.
"Terimakasih -- untuk semuanya..." Lirih nya tetapi masih bisa didengar oleh Mark.
Cowok itu mengangguk dan kemudian meninggalkan Marchella seorang diri diruang kerjanya.
Marchella menghela nafasnya lelah. Ia mengambil ponselnya yang berada di meja. Kemudian mendial seseorang.
"Besok pagi..." Ujarnya.
"..."
"Baiklah, terimakasih..."
Gadis itu menaruh ponselnya kembali, ia melepas jas putih kebanggaannya, dan menggantungkannya di gantungan baju yang berada di sudut ruangannya.
Pergerakannya terhenti saat satu pesan masuk.
'Chell, Dia pergi...'
3 kata itu membuat Marchella merasa dadanya terhimpit berton-ton batu. Ia meremas ujung bajunya, kemudian memejamkan mata berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Gadis itu mengambil ponselnya, alih alih membuka isi chat tersebut. Ia hanya memasukkan ponselnya ke tas dan meninggalkan ruangannya.
"Suster, kosongkan jadwal saya untuk sementara. Saya mungkin tidak masuk untuk waktu yang cukup lama. Saya sendiri yang akan menyampaikan izin saya ke kepala rumah sakit..." Ujarnya kepada seorang suster yang berjaga didepan ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AND BROKEN
Teen Fiction(Mohon maaf untuk chapter awal yang masih berantakan) Bagi Marchella mengenal Kevin adalah hal yang paling membahagiakan selama ia hidup di dunia. Sedangkan bagi Kevin, mengenal Marchella adalah pengalaman terbaik yang pernah ada di hidupnya. Kisa...