"Chell, lo udah pertimbangin saran gue yang kemarin?" Tanya Mauren.
Marchella hanya menatap Mauren dengan tenang sambil berjalan. Ia tak berniat menjawab pertanyaan Mauren yang baru saja dilontarkan.
"Chell... Gue ngomong sama lo kali!" Panggil Mauren sekali lagi, membuat gadis itu berhenti.
"Gue bakalan jalanin semuanya..." Jawab Marchella. "Gue duluan." Pamitnya.
"Chell! Mau kemana?" Teriak Mauren dan tak direspon oleh gadis itu.
Marchella berjalan cepat menuju Rooftop tempat biasa ia merenungkan semuanya.
Gadis itu memejamkan matanya, dan merasakan angin menerpa kulitnya. Ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya diiringi suara bass yang sangat terdengar familiar di telinganya.
"Kenapa?" Tanya seseorang.
Marchella membuka matanya yang lama terpejam. Ia menatap pria itu dengan tatapan entahlah.
Pria itu melirik Marchella yang sedang menatapnya dengan intens.
"Ada masalah?" Tanyanya.
Marchella tak menjawab, ia masih menatap dalam pria di sampingnya. Merasa diperhatikan, pria itu akhirnya berbalik menghadap Marchella.
Tatapan pria itu seakan bertanya, apakah gadis didepannya baik-baik saja atau tidak. Marchella berkedip dan merasakan sesuatu yang basah di pipinya.
Pria itu mendekat, dan membalas tatapan Marchella. Mata gadis itu tak berpindah sama sekali, ia masih menatap orang di depannya dengan air mata yang terus mengalir.
Entahlah apa yang merasuki gadis itu, ia tak tau apa penyebab air matanya keluar. Hanya saja saat melihat pria di depannya, hatinya sangat sakit, seperti ada yang meremas nya.
Seolah-olah akan terjadi sesuatu dengan pria di hadapannya.
"Chell?" Panggilnya.
"Ya..." Jawabnya lirih.
"Kenapa?" Tanya pria itu sekali lagi.
Pria itu mengusap pipi gadis itu dengan lembut.
"Vin..." Panggil Marchella. Gadis itu mengatur nafasnya yang sempat memburu, dan perlahan ia tak lagi menangis.
"Ayo putus" Ujarnya dengan lantang.
Kata-kata itu seperti petir yang menyambar Kevin di pagi hari. Kevin bungkam, ia mengepalkan tangannya membuat buku-buku kukunya memutih. Tidak, ia tidak marah.
"Kenapa?" Tanyanya kesekian kali.
Marchella tak menjawab, ia merasa dunia seolah berputar. Keseimbangannya mulai goyah. Dan berusaha mungkin untuk memfokuskan pengelihatan nya ke cowok di hadapannya.
Semakin ia memaksakan, kepalanya terasa seperti menghantam sesuatu yang keras.
"Kenapa tiba-tiba?" Tanya Kevin.
Pengelihatan gadis itu semakin memburam, dan tubuhnya lunglai. Marchella menjatuhkan badannya ke lantai, saat ia tak bisa lagi menopang tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AND BROKEN
Teen Fiction(Mohon maaf untuk chapter awal yang masih berantakan) Bagi Marchella mengenal Kevin adalah hal yang paling membahagiakan selama ia hidup di dunia. Sedangkan bagi Kevin, mengenal Marchella adalah pengalaman terbaik yang pernah ada di hidupnya. Kisa...