Enjoy!!
"Jadi, bagaimana kabarmu hari ini?"
Hari ini cucaca di Seoul cukup cerah. Tak ada mendung seperti kemarin pagi. Seninn yang cerah dengan kesibukan masyarakat ibukota yang tak kenal lelah.
"Buruk."
Namja itu mendengus, sedangkan yang mendengar justru tertawa. "Kenapa?"
Suara denting garpu dan piring dari si namja yang lebih tua terdengar nyaring. Sepotong daging berhasil tertawan diantara jari garpu sebelum masuk ke organ pencernaannya.
Namja yang lebih muda tertawa lagi. Seharusnya bibir sewarna cherry itu melengkung manis. Hey, hari ini dia berbaik hati mentraktir steak di tempat makan terbaik di dekat kampusnya.
Sepertinya masalahnya lebih buruk, pikirnya. Yea, bahkan steak belum mampu mengembalikan senyum cerahnya.
"Kenapa lagi? Gagal pendekatan dengan Jungkookie—eh benar itu 'kan namanya?"
"Ya," Min Yoongi-namja yang lebih tua itu- menelan kunyahannya, "namanya Jungkookie."
"Apa dia sesulit itu ditaklukan?" Well, dia yakin seharusnya namja ini bisa melakukannya sejak awal. Tidak selama ini. Hey, dia si Angelic! Jangan lupa!
Yoongi, namja yang sedari tadi mengerucut sebal menghela nafasnya. "Todak, sebenarnya tidak begitu sulit—"
Woozi, yang mentraktirnya steak mulai memasang telinga. "Kenapa?"
"—kalau si biang onar tidak merusuh, aku sudah menaklukannya sejak pertama bertemu." Woozi pun tertawa, dan Yoongi tidak terima.
"Dia itu menyebalkan sekali, Jihoon-ah!"
Astaga, manis sekali. Yoongi merajuk, dan Woozi melihat wajah menggemaskan itu lagi. Oh, dia bahkan tak kuasa menahan tangannya untuk mencubit pipi gembung dengan bibir mengerucut—gemas. Ya, dalam pandangan Woozi sih, tapi tidak dengan suasana hati Yoongi. Dia sedang buruk. Dia kesal.
"Kau tahu, dia meremas dadaku di pertemuan pertama kami!"
"Dia mulanya menuduhku cosplay dan sungguh, setelah itu dia semakin menyebalkan."
Yoongi mendengus, "Jungkookie bahkan menyebutku mesum karena dia, Jihoonie. Padahal Jimin yang menindihku—"
"Hu—WHAT!?"
Saos Woozi muncrat. Sebagian hinggap di punggung tangan Yoongi, membuatnya mendelik tidak terima. "JOROK!"
"Eh—Hehe, maaf. Maaf." Woozi segera meraih tisue di sebelah kanannya, dan memberikannya pada Yoongi yang menatap jijik semburannya.
"Hee, tapi—ditindih? Kalian ngapain main tindih-tindihan?"
"Siapa yang main?! Kami bertengkar!"
Woozi terperangah. Yoongi mulai memerah. Oh, sepertinya dia harus menyerah.
"Um—terus," Woozi menatap Yoongi. Sungut namja yang duduk di seberangnya sudah muncul. Hidungnya kembang kempis. Sepertinya sangat tidak terima dibilang 'bermain dengan Jimin' tadi. "Terus Jungkookie bagaimana?"
Woozi meraih gelas air minumnya dengan mata masih menatap Yoongi. "Katanya dia menyebutmu mesum?"
"Dia menangis," jawab Yoongi. "Tapi aku langsung membawanya pergi ke taman di dekat komplek. Aku sangat panik dan tidak bisa mengontrol ekspresiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic Sugar
FanfictionYoongi tak pernah ingin menjadi seperti Audy-tokoh dari novel Orizuka yang pernah dibacanya. Tapi ya krisis moneter saat mengerjakan skripsi membuatnya 'terpaksa' melakukannya. Ini hanya tentang Yoongi setelah bertemu Empat bersaudara yang mer...