~Enjoy~
Sejak mengobrol dengan Namjoon dan Hoseok semalam, Yoongi merasa selangkah lebih akrab dengan keluarga ini. Keluarga Kim yang selalu membuatnya sibuk sekaligus penasaran. Ya, dia sibuk karena harus menemani Jungkookie sekaligus berusaha mengakrabkan diri lagi dengan bocah ini.
Tidak, dia tidak ingin menyalahkan adiknya sendiri sekarang. Taehyung masih anak-anak dan Yoongi tahu brocon yang dialaminya cukup merepotkan. Dia hanya kurang beruntung karena Taehyung menyebabkan kejadian kemarin.
Yoongi harus memulai dari awal lagi untuk mendekati Jungkookie yang sekarang cemberut dan bersembunyi di belakang Jimin yang akan berangkat sekolah.
"Jungkookie, hyung mau berangkat."
"Andwee~(Jangan)," Jungkookie merajuk.
Bocah usia empat tahun itu masih memegangi celana Jimin, menolak membiarkan Jimin berangkat ke sekolahnya.
"Jungkookie sama Yoongi-hyung—"
"Shirreoo.. (Tidak mau)."
Menggemaskan, tapi ini bukan waktunya untuk gemas. Jungkookie sedang dalam mode ngambek karena ulah adik Yoongi. Jimin kesusahan menelan ludahnya. Beberapa menit lagi dia tidak melangkah, maka tamatlah riwayatnya. Guru Kang pasti sudah menunggunya dengan cambuk mautnya kalau dia tetap ditahan seperti ini.
Yoongi tersenyum masam. Rasanya terpelatuk sekali mendengar penolakan Jungkookie. Seolah dia benar-benar sudah dicampakan oleh bocah usia empat tahun ini.
"Jungkookie tidak boleh seperti itu, Jimin-hyung sudah terlambat, tahu?"
"Hiks..Shirreo. Kajima (Jangan pergi)."
Aduh, gawat. Dia menangis. Bibir bawahnya digigit, sepertinya berusaha tidak terisak parah. Menggemaskan—iya tahu ini bukan waktunya untuk ini. Yoongi fokus Yoongi..
"J-Jungkookie.." Yoongi sudah kebingungan. Dia sedang tidak mood untuk mengeluarkan jurusnya, sungguh. Dia tidak bisa melakukannya kalau begini.
Parahnya, Namjoon dan Hoseok sudah berangkat pagi buta. Di rumah ini sekarang benar-benar hanya tersisa dia dan Jimin saja. Ah, Taehyung juga. Akan tetapi, bocah itu hanya bergeming keheranan di belakang Yoongi dengan sekantung snack kesukaannya.
"Kajimaa..." Jungkookie merajuk lagi.
Aish, benar-benar terlambat. Jimin mengusak rambutnya frustasi, namun tetap berusaha tersenyum supaya tidak menakuti adiknya ini.
Jimin menoleh pada Yoongi. Dia tersenyum tipis, apalagi muka Yoongi sudah seperti 'aku tidak enak hati—sungguh' membuat Jimin sedikit geli. Wajar sih, Yoongi pasti tidak enak hati pada Jimin karena membuatnya tertahan seperti ini. Oke, mereka mungkin tidak berhubungan baik, tapi sungguh tidak professional sekali jika Yoongi sengaja melakukan semua ini untuk membuat Jimin terlambat. Yoongi tidak seperti itu.
"Hikss.." Yoongi berjongkok, berusaha menggapai Jungkookie yang terisak.
Lalu hatinya tertohok. Jungkookie menghindar darinya. Jimin pun dibuat terkejut karena respon adik kecilnya ini. Ah, tidak jangan seperti ini lagi..
"Hyuung.. Hiks.."
"Araseo, hyung tidak jadi pergi." Jimin meletakan tasnya, lalu meraih bahu adiknya. "Uljima, hyung tidak jadi pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic Sugar
FanfictionYoongi tak pernah ingin menjadi seperti Audy-tokoh dari novel Orizuka yang pernah dibacanya. Tapi ya krisis moneter saat mengerjakan skripsi membuatnya 'terpaksa' melakukannya. Ini hanya tentang Yoongi setelah bertemu Empat bersaudara yang mer...