#P-c

1.6K 307 32
                                    

Enjoy

-

-

            Sebenarnya malam itu jam kunjung rumah sakit sudah berakhir. Jam kunjung di tempat itu hanya pada jam 5 hingga jam 8 malam. Namun demikian, perawat dan satpam yang dia lalui masih mengijinkannya untuk masuk.

"Lama tidak berjumpa." Salah seorang kepala rawat yang kebetulan berjaga malam itu menyunggingkan senyum. "Bagaimana kabar anda, Tuan?"

"Baik, Perawat Kim. Uhm, dia bagaimana?"

Perawat itu masih tersenyum, menoleh sebentar pada salah satu pintu kamar pasien.

"Masih sama." Ujarnya.

Setelah mengucap terima kasih, dia berbalik dan berjalan ke arah kamar pasien yang tadi mereka lihat. Seiring dengan langkahnya yang beradu dengan lantai keramik putih tulang itu, jantungnya kian cepat berdegup. Cengkraman pada hatinya seolah mengencang. Begitu kencang hingga paru-parunya terasa sesak.

Klek

Pintu itu terbuka bahkan sebelum dia menyentuhnya, membuatnya sejenak terlonjak. Seorang wanita paruh baya mengangkat wajahnya, menatapnya, lalu tersenyum tipis. "Kau datang, Namjoon-ah."

Dia, Kim Namjoon, membungkuk sopan memberi hormat. Wanita itu pun mendekat, memeluk Namjoon, lalu menangis sesegukan. Namjoon juga memeluknya, siaga menahan tubuhnya jika wanita itu kehilangan keseimbangannya.

Wanita itu menangis lirih, pilu sekali. Namjoon sampai tak mampu membuka matanya lagi. Namjoon menunduk, menutup matanya, dan mengusapi punggung ringkih itu dengan teratur.

"Hiks.. Namjoon.."

Setelah mereda, segera wanita itu usap air matanya sendiri lalu membuka pintu kamar untuk memperlihatkan sosok yang terbaring dengan damai di atas kasur rawat. Namjoon tertegun, segera masuk setelah wanita tadi menginstruksikan.

"Bagaimana kabarmu, Nak?"

"Saya baik, bu." Wanita itu tersenyum. Bisa Namjoon lihat lingkaran hitam yang lebih tampak dari sebelumnya. Sorotnya pun semakin sendu, lelah sekali tampaknya. Hati Namjoon seperti diremas. Dia mengerti. Sangat mengerti apa yang sedang wanita ini rasakan.

"Ibu tak menyangka kamu akan datang malam-malam begini, Nak." Wanita itu memberikan segelas air mineral kemasan yang diambil dari kardus yang berada di lemari penyimpanan. "Kamu pasti sibuk."

"Tidak, kok."

Wanita itu tersenyum sendu. Tangannya tergerak untuk meraih lengan Namjoon yang kekar, menepuknya lembut. "Syukurlah kau sehat-sehat saja."

Namjoon menyudahi meminum air mineralnya, kemudian menoleh pada wanita itu segera. Wanita itu sedikit mengangguk. "Ibu bersyukur sekali."

"Ibu, maafkan saya tidak berkunjung beberapa hari ini. Saya juga meminta maaf tidak mengabari." Ucap Namjoon, diangguki wanita itu sembari sesekali mengusap punggung tangan Namjoon dengan tangannya yang semakin kurus.

"Tak apa." Kemudian wanita itu menoleh, menghadap ke depan, ke kasur rawat. "Tak apa, Namjoon."

Namjoon menurunkan pandangannya, menghela napas—pelan sekali.

"Oh, bagaimana kabar saudara-saudaramu? Yang paling kecil—em, siapa itu? Kookie?"

"Baik, bu. Jungkookie juga. Dia sekarang sudah tidak terlalu pemalu."

Angelic SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang