enjoy~~~~
Suasana pagi di kediaman keluarga Kim benar-benar damai. Padahal sebelumnya Yoongi kira akan ada kehebohan mengingat penghuni mereka berbeda karakter semua. Misalnya saja, Jimin yang bangun kesiangan dengan mata setengah terpejam dan menendang ember lalu membuat Hoseok yang lewat terpeleset. Atau Jimin yang kesiangan dan tersedak pasta gigi karena tersenggol Kookie yang lewat.
Yoongi berdecak sebal ketika menyadari semua delusi buruknya dipenuhi oleh bocah SMA yang kemarin membuatnya harus merangkap menjadi juru masak makan malam mereka. Tidak hanya itu, dia juga merangkap menjadi pembantu karena adik-adik Namjoon itu serempak berdiri meninggalkan meja makan tanpa berinisiatif mencucinya.
Yoongi kesal, tentu saja.
Terlebih lagi, tadi malam rencananya gagal. Dia yang merasa kelelahan karena tidak siap menerima tugas-sialan mendadak dari keluarga ini pun lekas kembali ke kamarnya sendiri dan tertidur. Sama sekali tidak mendengar suara derit gerbang atau deru kendaraan pribadi yang Namjoon tunggangi.
Ya, rencana menyambut kepulangan Namjoon gagal.
"Hoaam..."
Yoongi menyibakkan tirai kamarnya. Ketika melirik ke arah jam dinding, jarum-jarum itu sudah menunjuk pukul 7 tepat. Pantas saja matahari sudah tampak.
Yoongi pun berbalik sebelum akhirnya meregangkan sendi-sendinya yang kaku karena mati sementara semalam.
Ah, biasanya dia tidak pernah bangun sepagi ini. Akan tetapi, berhubung mood pagi belum kembali baik, Yoongi bermaksud mencari booster untuk mengembalikan moodnya yang hancur.
"Eh, tapi Namjoon belum berangkat 'kan jam segini?" Gumamnya sembari menggaruk ujung hidungnya yang sedikit gatal. Tampak manis, sayang kalian hanya bisa membayangkannya saja-hehe.
Yoongi pun berbalik menyambar handuk dan pakaian gantinya untuk melakukan bersih diri. Dia tidak ingin meninggalkan image buruk di depan moodbooster, tentu saja.
"Selamat pagi, Tuan—"
"Yoongi saja, Bibi Shim." Sahut Yoongi. Handuk hitam kumamon itu masih berkalung di lehernya. Ujung-ujung poni Yoongi tampak basah, namun wajahnya sudah segar sumringah. Bibi Shim yang memperhatikannya ikut tersenyum cerah. Seperti didatangi bidadari saja rasanya.
"Bibi datang pagi sekali. Bukankah bibi bekerja mulai dari jam 8?" Tanya Yoongi sembari sesekali mengacak rambutnya dengan handuk.
Bibi Shim terkekeh. Mulanya dia pikir namja manis ini akan dingin, kaku, dan ketus. Namun demikian, dia sadar kalau Yoongi tak sedingin yang dia bayangkan. Dia peduli, meskipun ekspresinya saat bertanya masih datar sedatar dadanya.
"Bibi dengar kemarin bahan makanannya habis, Nak. Jadi, bibi berangkat lebih pagi untuk membeli ini."
Yoongi termenung sejenak. Sayuran yang tersedia di hadapannya sangat banyak dan lengkap. Yoongi tentu merasa tak enak hati karena yeoja seumuran ibunya di rumah masih harus berjalan lengkap menjinjing kantung-kantung belanjaan yang cukup berat. Yoongi tahu kalau bibi Shim pasti membelinya di supermarket di dekat rumah. Bibi Shim dan Bibi Lee sudah mengatakan padanya kalau memang di tempat itu yang menjadi langganannya.
"Um, terima kasih, Bi. Biar nanti saya saja yang merapikan."
Bibi Shim tersenyum kemudian mengangguk. Yoongi segera mengambil alih dan membiarkan Bibi Shim mengurusi yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic Sugar
FanfictionYoongi tak pernah ingin menjadi seperti Audy-tokoh dari novel Orizuka yang pernah dibacanya. Tapi ya krisis moneter saat mengerjakan skripsi membuatnya 'terpaksa' melakukannya. Ini hanya tentang Yoongi setelah bertemu Empat bersaudara yang mer...