enjoy~
Sekitar pukul 2 siang mereka sampai di salah satu hiburan di Seoul. Sebut saja nama tempat itu Wonderand. Woozi dan Yoongi berjalan beriringan dengan Jungkookie yang berada diantara mereka.
"Kookie! Kau mau naik yang mana?!" Woozi setengah berteriak, terlihat bersemangat sekali. Yoongi yang melihatnya hanya berdecak, tidak terpesona sama sekali. Malah, dia risih.
Kookie melihat sekitar lalu terpaku ke salah satu wahana. Tanpa bertanya lagi, Yoongi dan Woozi pun mengerti dan langsung berjalan ke sana.
Ada sekitar lima wahana yang mereka naiki. Dua diantaranya adalah wahana yang cukup ekstrim, sukses membuat Yoongi tertawa puas melihat ekspresi panik hampir mati dari sahabatnya itu.
Kelima wahana itu adalah sesuai dengan keinginan Jungkookie. Tidak, dia tidak memberitahu mereka. Akan tetapi, dua namja dewasa itu tahu hanya dengan melihat sorot wajah penuh rasa penasaran dari Jungkookie.
Yoongi sangat senang. Tentu saja. Dia sadar kalau perlahan bocah ini pun jadi lebih terbuka, meskipun masih enggan berbicara tentang keinginannya. Oh, sebenarnya Yoongi sedikit mengkhawatirkan ini. Dia merasa perilaku ini sebaiknya sedikit diubah karena akan merepotkan jika terbawa sampai dewasa. Yoongi harus melakukan sesuatu.
"Aaah!!! Menyenangkaan!!" Woozi berteriak senang, lalu tertawa. Yoongi tak segera mengomel seperti biasanya. Kali ini dia setuju, ini benar-benar menyenangkan. Terima kasih pada blackcard yang dipinjami Hoseok. Yoongi benar-benar senang karena tak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Yeu.
Hey, bukan salah Yoongi—dia tidak sematerialis itu. Kalau black cardnya sendiri dikembalikan sang ayah, dia tak akan sepusing ini mencari pekerjaan. Kekayaan keluarga Yoongi—meskipun belum lebih banyak dari pada keluarga Kim—tidak bisa dibilang sedikit. Sebenarnya cukup untuk membuatnya dipanggil silverspoon, yeah—jika tidak ada 'tragedi'.
Tragedi krisis moneter karena ulah Yoongi sendiri—membuat ayahnya murka dengan travelling dan menyia-nyiakan satu tahunnya.
"Jungkookie! Kita duduk di sebelah sana, yuk!"
Woozi merangkul bahu Jungkookie, bocah itu juga mengangguk. Akan tetapi, dia tidak segera melangkah. Dia berhenti sejenak untuk menoleh pada Yoongi yang dia pegangi tangan kanannya.
"Ayo." Ujar Yoongi. Jungkookie pun tersenyum dan segera mengikuti Woozi.
Mereka sudah makan siang, tapi aktivitas selama satu jam ini cukup membuat mereka kembali lapar. Woozi memesan hamburger dan cola, sama seperti Yoongi. Sementara itu, Jungkookie dipesankan spagetti porsi anak-anak dengan segelas jus jeruk.
"Jungkookie, kau senang kan?!"
"Eum!" Katakan, Woozi dalam hati berterima kasih pada Yoongi yang masih memelototinya untuk menahan diri tidak mencubit pipi Jungkookie saat ini. Dia terlalu menggemaskan dengan hanya mengangguk dan tersenyum memperlihatkan gigi-gigi kelincinya. Auh, kelinci buntal menggemaskan~
Kali ini mereka bertiga tengah menunggu pesanan datang. Jungkookie duduk diantara Woozi dan Yoongi dengan bertumpu pada meja bundar yang sedikit lebih tinggi. Sepatu Ironmannya menggantung dan diayun-ayunkannya sesekali. Yoongi yang melihat itu pun dibuat senang dan gemas. Mood adik kecil ini baik, dan dia cukup sukses untuk membuatnya lebih banyak menghirup udara luar dengan lingkungan yang lebih luas.
Kemudian Yoongi menoleh ketika Woozi kembali berseru. Sahabatnya ini sebenarnya cukup menyebalkan karena harus membuat Yoongi terlonjak berkali-kali, kalau saja tidak ada Jungkookie disini mungkin dia sudah mengumpatinya setiap kali berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic Sugar
FanfictionYoongi tak pernah ingin menjadi seperti Audy-tokoh dari novel Orizuka yang pernah dibacanya. Tapi ya krisis moneter saat mengerjakan skripsi membuatnya 'terpaksa' melakukannya. Ini hanya tentang Yoongi setelah bertemu Empat bersaudara yang mer...