P - a Chapter
-
Enjoy~
-
Ketika itu, Seoul sedang berada di musim gugur. Corak oranye daun-daun di pepohonan itu mendominasi pemandangan sekitar.
Ketika itu, Namjoon baru saja turun dari bis pada perjalanan pulangnya dari sekolah menuju ke rumah. Namjoon tidak begitu suka menggunakan mobil pribadi. Lagipula dia berangkat bersama Hoseok, dan dengan kecerdikannya dia yakin akan bisa melampaui penjahat manapun yang berniat mencelakai mereka berdua. Ayahnya mulanya tidak setuju, namun mengiyakan juga mengingat betapa antusiasnya Namjoon untuk berangkat-pulang ke sekolah bersama saudaranya tanpa mobil pribadi.
Di hari itu, di halte yang biasa menjadi pemberhentian terakhirnya, Namjoon melihatnya. Seseorang dengan paras seindah bunga-bunga di musim semi yang berdiri di sudut halte dengan jaket warna merah muda lembut. Topi baseball putihnya terpasang, namun tetap tak menghalangi Namjoon untuk menatap manik coklat tua yang seperti membiusnya, membuatnya terpaku hingga lupa waktu masih berjalan menuju detik berikutnya.
Bus yang mengantarnya sudah berlalu, dan Namjoon masih berada di posisinya, menatap seseorang itu. Hoseok kebetulan hari itu ada urusan, sehingga Namjoon pulang sendiri. Hingga sosok tersebut mengangkat wajahnya dan menoleh, Namjoon masih menatapnya—benar-benar terpesona.
Ketika mata mereka bertemu, Namjoon melihat sepasang mata coklat itu melebarkan kelopaknya seiring dengan senyumnya yang terbuka. Namjoon segera tersadar, dan sontak mengerutkan keningnya ketika sosok tersebut mengangkat tangan kanannya, melambai padanya. Belum sempat beranjak dari tempatnya, sosok tersebut sudah berjalan mendekat dan kini tepat berdiri di hadapannya.
"Kim Namjoon! Kau Namjoon kan?!"
Namjoon melihatnya dan membulatkan mulutnya. Sosok di hadapannya tertawa, tersenyum manis setelahnya. Namjoon terpesona, juga bingung seketika. Dia mengenalnya?
"Astaga! Aku tak menyangka kau sudah sebesar ini!" Sosok itu kembali tertawa, sesekali menepuk-tepuk bahu kanannya. "Sekarang kau kelas berapa? Satu, dua—ah! Pasti kelas 6 SD ya?"
Namjoon masih diam, menatap sosok di depannya dengan tatapan heran. Sosok di depannya ini kembali berbicara—banyak namun tak satupun Namjoon mengerti. Siapa dia?
"—ya! Kenapa kau diam saja?"
Sosok tersebut masih tertawa, tapi tampak tengah mencoba menghentikan tawanya. Namjoon mengernyit, sungguh penasaran apa yang tengah dia bicarakan sebenarnya. Sosok itu mengenalnya, tapi Namjoon tidak. Apakah dia salah orang? Akhirnya, Namjoon memilih untuk menunduk dan mengucapkan maaf sebelum melukai perasaan sosok indah di hadapannya itu.
"Kim—"
"Maafkan aku," Namjoon kemudian mengangkat tubuhnya, kembali menghadap sosok tersebut dengan tersenyum sopan. "Tapi, Anda siapa ya?"
oOOOo
Pagi ini Yoongi terbangun dengan kondisi kurang baik. Dia tidak bisa tidur semalaman. Kenapa? Jangan ingatkan Yoongi pada kejadian semalam. Dia menyesal, sungguh. Lebih baik tak pernah minta maaf sama sekali, begitu gerutunya dalam hati.
Taehyung yang duduk di dekatnya—di dapur hanya menghela nafas dengan sesekali terkantuk-kantuk. Dia bangun pagi sekali, berkat kakaknya yang memaksanya untuk menemani bangun pagi, pergi ke pasar, dan di dapur seperti sekarang. Taehyung suka menghabiskan waktu berdua dengan Yoongi, tapi tidak dalam kondisi seperti sekarang. Rasanya Yoongi seperti dikejar-kejar seseorang, seperti was-was.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic Sugar
FanfictionYoongi tak pernah ingin menjadi seperti Audy-tokoh dari novel Orizuka yang pernah dibacanya. Tapi ya krisis moneter saat mengerjakan skripsi membuatnya 'terpaksa' melakukannya. Ini hanya tentang Yoongi setelah bertemu Empat bersaudara yang mer...