O-u

1.9K 345 33
                                    


Enjoy!


Sekolah, tempat dimana manusia menuju dewasa menimba ilmu dan berinteraksi dengan sebayanya. Tempat dimana konflik-konflik kecil yang membuat mereka belajar, dan kepingan-kepingan momen yang tak dinyana akan dirindukan mereka dapatkan bersama teman sebayanya.

Namjoon di sana, duduk di salah satu kursi taman yang ada di bawah pohon rindang mengamati sekitarnya. Dulu dia sekolah di Daegu, entah bagaimana dia lebih memilih menjauh dari hiruk pikuk Seoul dan rela pulang dua minggu sekali dengan KTX daripada mengambil sekolah favorit yang mungkin akan membuka gerbangnya cuma-cuma padanya. Karena di dia memilih Daegu, dia jadi bisa bertemu Yoongi dan teman-temannya, termasuk Zhoumi. Ah, Namjoon jadi ingin tertawa mengingat masa-masa SMAnya. Meskipun dulu dia cenderung pendiam dan tak begitu dekat dengan yang lain, dia cukup merasa kalau teman-teman SMAnya adalah teman terbaik yang pernah ditemui selama ini.

Namjoon dulu akselerasi, jadi dia tak punya banyak waktu untuk mencari teman. Justru, seringnya dia—dan kelasnya menjadi bahan olokan dan permusuhan kelas lain. Namjoon tidak terlalu peduli, hanya saja ingatan masa SMPnya jadi sesingkat itu karena tak banyak teman.

Lain halnya saat SMA. Dia ingat jelas bagaimana teman kelasnya bereuforia ketika dia dan Yoongi terpilih menjadi pengurus OSIS untuk dua kali masa jabatan. Dia juga ingat masa ketika teman-temannya memberinya kejutan ulang tahun saat jam pertama pelajaran, padahal Namjoon tidak pernah memberitahu mereka kapan ulang tahunnya. Tentu saja, dia ingat masa-masa ketika Yoongi membabi buta, nyaris melempar Zhoumi dari lantai dua karena hampir menciumnya di depan kelas—oh, bonus membawanya berulang kali ke rumah sakit sampai Namjoon ingin menangis karena tertawa melihat mereka. Yaela..

"Hyung.."

Usai bernostalgia singkat, seseorang berjalan mendekat dan memanggilnya dengan sebutan hyung. Namjoon melihatnya lalu menyuruhnya untuk duduk di sebelahnya. "Sudah?"

Namjoon mengangguk. Dibukanya sebuah map plastik berisi file-file baru untuk diperlihatkan pada orang di sebelahnya.

"Ada kenaikan."

"Ya," seseorang itu tertawa pelan. "Dari 37 menjadi 57. Wah! Hahaha.. aku merasa senang." Lanjutnya.

Namjoon terkekeh kemudian mengamati orang itu dalam diam. Dia diam, membiarkan orang itu merenungi hasil nilai yang Namjoon ambil hari ini. Ya, orang itu adalah Jimin, adiknya, siapa lagi?

"Jim.."

"Aku akan berusaha lagi, hyung." Namjoon tertegun. Jimin menoleh padanya lalu tersenyum. "Aku sudah minta kelas malam tadi. Mungkin besok aku akan pulang jam 1 dini hari."

Namjoon tersenyum tipis. Diusapnya puncak surai adik kesayangannya yang menatap nilainya sendiri dengan tatapan miris.

"Jangan memaksakan diri, Jiminie." Ucap Namjoon lirih.

Jimin menggeleng.

"Aku tidak memaksakan diri, kok. Lagipula, ini semua hanya karena aku kurang berusaha," tukasnya. Namjoon mengerut tak suka, namun dia hanya bungkam. Jimin adalah adiknya yang paling keras kepala. Meskipun kelihatannya dia seperti biasa saja, Jimin sangat susah untuk digoyahkan.

"Kau benar-benar menyukai pilihanmu?"

Jimin menunduk, tak menoleh untuk menjawab pertanyaan Namjoon. "Ayah suka."

Angelic SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang