Masih betah?
Chanie akan segera mengakhirinya, mungkin akhir tahun ini.. mungkin
.
.
ENJOY
.
Beberapa hari ini Yoongi sibuk sekali. Untuk mengurus skripsi, tentu saja. Setelah mengumpulkan niat dan memadatkan usaha, akhirnya dia berhasil bimbingan ke dosen pembimbing meski tetap saja revisi berkali-kali. Setidaknya, semua hal itu dia lakukan teratur sembari mengurusi Kookie, bayi besarnya.
"Oh? Hyungie datang."
Seruan lirih dengan nada polos menyambut Yoongi yang habis dibantai untuk revisi skripsi. Bagaikan sihir, suara itu seolah menghilangkan semua penat dan suasana hatinya yang buruk.
Seperti biasa setiap Yoongi ada janji bimbingan dengan dosen untuk skripsi, Ia akan membawa Jungkookie yang kemudian dititipkan pada Woozi. Mulanya anak ini memang menolak, tapi lama-lama seperti mengerti kalau ia perlu berkompromi dengan Yoongi supaya Yoongi tidak tampak sedih lagi—begitu kira-kira pola pikir anak kecil ini. Meskipun seperti sudah cukup akrab dengan Woozie, Jungkookie lebih banyak diam dan asyik dengan dunianya sendiri daripada menjawab pertanyaan-pertanyaan Woozi atau orang asing yang lain. Yoongi tahu hal ini, Woozi beberapa kali bercerita kalau Jungkookie tidak seterbuka itu padanya. Hal ini membuat Yoongi sempat khawatir kalau si bayi jadi-jadian ini terlalu memaksakan diri. Akan tetapi, mengingat kalau anak ini juga butuh berlatih bersosialisasi, Yoongi jadi tidak terlalu memusingkan hal ini. Setidaknya Woozi, sahabatnya, adalah orang yang sudah bertemu dengan Jungkookie lebih dari satu kali.
Yoongi menghela napas, lalu tersenyum tipis. Ia kemudian duduk, menyamakan tingginya dengan Kookie yang asyik mengayun-ayunkan sepatu Iron Man yang dia kenakan.
"Apa Kookie menunggu lama?" tanya Yoongi. Kookie mengangkat alis, mengangguk sedikit. Yoongi tersenyum lagi.
"Maafkan hyungie ya?" ujar Yoongi, segera diangguki Kookie.
Woozi yang duduk di sebelahnya diam-diam mengambil dokumentasi. Jungkookie terlalu menggemaskan untuk diabaikan begitu saja. Sambil diam-diam menahan rasa gemas juga, Woozi kemudian bertanya sesuatu pada Yoongi.
"Sudah selesai?" tanya Woozi. Yoongi yang sudah mengangkat Kookie dan meletakkannya ke pangkuan menganggukinya. Woozi sontak membola. "Eh? Serius?? Sumpah nih?"
Yoongi mengangguk lagi. "Serius. Nih, kalau mau liat."
"Acc semua? Tanda tangan sidangnya? Udah semua?" Yoongi mengangguk segera untuk menjawab, Woozi sontak berseru heboh.
"Gila, bro! Berarti tinggal sidang dong ini? Uwoo!! Selamat hyung!!" serunya heboh, membuat beberapa orang bertanya 'kenapa?' atau 'ada apa?'. Dengan senang hati, Woozi pun memberitahu kalau Yoongi siap sidang segera. Kebetulan orang-orang yang ada di dekat mereka itu anak-anak dari jurusan yang sama. Tentu mereka saling mengenal, dan ikut takjub pada Yoongi yang sekarang justru asyik menciumi puncak belakang kepala Jungkookie.
Yoongi bukan berarti tidak senang. Dia hanya sedang bersyukur, sekaligus takut. Sebentar lagi dia sidang. Itu bukan sesuatu yang menyenangkan juga sebenarnya. Apa yang akan terjadi saat sidang adalah ketakutan yang sesungguhnya. Hanya saja, ia cukup bersyukur karena Jungkookie—terutama- mau berkooperatif dengannya sehingga dia sampai ke titik ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/110175737-288-k486148.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic Sugar
FanfictionYoongi tak pernah ingin menjadi seperti Audy-tokoh dari novel Orizuka yang pernah dibacanya. Tapi ya krisis moneter saat mengerjakan skripsi membuatnya 'terpaksa' melakukannya. Ini hanya tentang Yoongi setelah bertemu Empat bersaudara yang mer...