Q-d

1.4K 282 21
                                    

Hai

-

-

Enjoy

-

            Dia tidak mengerti sama sekali, tapi malam itu membuatnya tidak bisa tidur nyaman. Bukan, bukan berarti karena dia kesepian di rumah, bukan. Dia biasa tidur dalam suasana tenang, ada tidaknya orang di rumah itu bukan benar-benar suatu masalah. Justru, seharusnya dia tidur lelap. Deras hujan malam itu masih berlangsung hingga dini hari, menjelang pagi.

Rasanya hanya sekejap saja dia tertidur sampai akhirnya alarm berbunyi. Dia berkemas sendiri pagi itu, karena orang rumah tidak ada yang pulang kecuali dia. Hanya dia dan beberapa satpam yang berjaga. Jadi, dia lalu berjalan ke halte menuju ke sekolahnya usai sarapan singkat begitu saja.

Dia penasaran sebenarnya, apakah ada suatu masalah yang belum dia selesaikan? Rekaman kejadian dia putar ke belakang, mencoba mengingat apa yang mungkin terlewat. Hilir angin dari jendela itu membuainya, membantu lebih tenang. Yang mana yang terlewat...

"Jimin-ah, kau oke?"

Seseorang memanggil, matanya terbuka segera. Dia, Jimin, mengerjap menatap Sungwoon yang baru datang dan duduk di sebelahnya. Jimin terdiam, tidak segera menjawab, membuat Sungwoon mengernyit heran. "Ada masalah dengan 'kakak' manismu lagi?"

Sungwoon menoleh lagi, mendapati Jimin justru menyangga kepala dengan satu tangan tengah menatap kosong ke arah jendela. Sungwoon sudah lama mengenal Jimin, termasuk yang paling awal di antara yang lain untuk memaklumi syndrome tersesat atau salah jurusan yang Jimin alami. "Apa dia mengatakan sesuatu?"

"Atau dia berurusan dengan kakakmu lagi? Eh, ngomong-ngomong, sorry ya, aku belum sempat menjenguk adikmu."

Jimin menoleh padanya, lalu menggeleng. "Terima kasih, Woon-ah."

Sungwoon berdecak pelan, masih penasaran sebenarnya. Paling juga masih tentang 'kakak manis' yang dia pernah ceritakan, Sungwoon yakin ini. Dia menatap Jimin lagi ketika manusia itu menghela napas sedikit keras.

"Kemarin, kakak iparku—ah, kak Seokjin bangun."

Sungwoon melebarkan matanya, "Oh ya? Wah, syukurlah.."

"Terima kasih, kami juga sangat senang mendengar kabar itu," tutur Jimin. Sungwoon menahan diri untuk bertanya lebih banyak, sepertinya Jimin masih ingin melanjutkan kalimat. "Dan sepertinya aku melupakan keadaan Yoongi-hyung waktu itu, Woon-ah."

Sungwoon mengernyit, sebelum akhirnya dia membuka mulut 'AH', dia terhenyak. Jimin di sebelahnya mengusak rambutnya acak. Sungwoon paham kenapa dia demikian. "Lalu, dia bagaimana?"

Jimin tak segera menjawab, membuat Sungwoon semakin penasaran. Kelas mulai ramai ketika Jimin akhirnya kembali menghela napas. Dia menjawab, dan sukses membuat Sungwoon tersenyum miris diam-diam. Ah, jadi begitu, pikirnya.

Sepanjang pelajaran, yang bisa dia lakukan adalah memotivasi Jimin untuk tetap fokus, supaya cepat pulang juga. Jika cepat pulang, bukankah dia juga lebih cepat bertemu 'kakak manis' itu? Sungwoon sebenarnya ingin tertawa, tapi suasana hati sahabatnya sedang tidak baik. Ini terlalu menarik, batinnya.

oOOOo


Ketika pagi tiba, di kamar itu hanya tersisa Yoongi dan dua bocah kecilnya. Taehyung dan Jungkookie, di mana yang paling muda susah sekali diminta diam.

Angelic SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang