Hari ini mendung terus...
Ada yang masih bertahan buat lanjut baca ini?
-
Bab baru. (Harusnya ngga sampai R sih tp ya udah haha)
-
Enjoy
-
Jimin menggunakan taksi untuk sampai ke Rumah Sakit. Dia langsung menuju ke sana, tidak pulang ke rumah terlebih dahulu karena lebih dekat dari sekolah. Lagipula, sebentar lagi dia juga akan mengantar Taehyung ke stasiun. Ngomong-ngomong soal Taehyung, Jimin sempat mampir sebentar ke toko alat elektronik modern tadi. Earphone sepertinya boleh juga untuk diberikan sebagai hadiah, Jimin membeli yang harganya sedikit tidak murah. Calon adik ipar... haha.
Dia melangkah dengan semangat, seolah tidak ada kabut lagi yang menghalangi pandangan. Dia bahkan menyapa suster dan dokter yang lewat. Mukanya yang kelewat tampan, meskipun dagunya sedikit lebar—membuat kesan pipinya mudah chubby membuat beberapa suster terpana. Untung masih pakai seragam SMA. Kalau tidak, sudah pasti banyak antrian setiap dia di sana. Antrian untuk melihatnya.
Hal ini karena sekarang Jimin tidak lagi diam dan seperti orang tidak tampak yang main lewat begitu saja. Sekarang lebih ramah, tapi bukan berarti dia sebelumnya kurang ramah sih. Hanya saja, sebelumnya itu dia lebih pendiam, cenderung tidak basa-basi dan langsung mencapai tujuan. Dulu sedang mendung, hujan malah. Sekarang sudah cerah.
"Hati-hati, Sus!" serunya habis membantu seorang suster yang menjatuhkan beberapa map yang dibawa. Dia berseru, melambaikan tangannya juga. Suster tersebut jadi merona. Duh, Jiminn..
Jimin kembali melangkah. Beberapa lorong lagi dia sampai ke kamar adik bungsu kesayangannya. Dia seharusnya sampai kurang lebih dua menit lagi, seharusnya sih.
"Jimin-ah!" Kalau tidak ada yang memanggil, membuatnya menahan langkahnya. "Jimin-ah! Tunggu sebentar!"
Jimin berhenti melangkah, menoleh pada seseorang yang tengah menghampirinya. Seseorang yang berpakaian rapi, seseorang yang dia kenal juga. "Aku minta waktumu sebentar," ujarnya.
Jimin belum sempat menolak, tapi orang tersebut sudah meraih bahunya. Merangkul, orang tersebut membawanya ke salah satu taman yang terdapat gazebo di tengahnya. Jimin duduk di salah satu kursi yang disediakan, sedang orang tersebut berada di sebelahnya.
"Ah, sebelumnya aku mohon maaf belum sempat menjenguk adikmu. Aku sudah katakan ini pada Namjoon sih, tapi aku lupa memberitahumu. Maafkan aku."
Jimin menggeleng, masih memperhatikan orang yang sedang sibuk membuka beberapa file yang ada di sebelahnya itu. "Aku habis mengurus banyak hal, dan aku tahu kau akan jarang berada di rumah. Jadi, aku langsung menyusulmu ke mari."
Sangat penting? Itu pertanyaan retoris sepertinya. Peluh di antara kening orang tersebut jelas menjawab semuanya. Jimin menghela napas diam-diam. Apa harus sekarang? Jimin tiba-tiba merasa mataharinya menghilang, tertutup mendung lagi.
"Aku akan menjelaskan yang bisa kujelaskan di tempat ini. Sisanya, akan aku jemput kamu ke ruang pertemuan. Mungkin lusa nanti."
"Apa?" Jimin meraih beberapa map yang diberikan. Dia membukanya dalam diam. Ekspresinya kembali datar. Hilang sudah senyum yang mengembang sepanjang perjalanan sebelumnya. "Masalah sekolahku ke depan juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic Sugar
FanfictionYoongi tak pernah ingin menjadi seperti Audy-tokoh dari novel Orizuka yang pernah dibacanya. Tapi ya krisis moneter saat mengerjakan skripsi membuatnya 'terpaksa' melakukannya. Ini hanya tentang Yoongi setelah bertemu Empat bersaudara yang mer...