Enjoy!
-
-
Yoongi terbangun ketika malam hari. Ketika dia bangun, cahaya lampu yang menyala hanya dari sorot lampu belajar di atas meja. Yoongi mengerjap, dia melihat Jimin di sana.
"Oh, kau sudah bangun?"
Yoongi mencoba duduk, tapi kepalanya tiba-tiba pusing. Sepertinya dia tidur terlalu lama. Jimin berjalan mendekat, membantunya tidur bersandar. "Apa kau lapar? Kau melewatkan makan malam, hyung."
"Aku tidur berapa lama?" Tanyanya sembari mencari penunjuk waktu di kamar Jimin yang temaram itu."Sekarang jam berapa? Taehyung dan Jungkookie bagaimana?"
"Mereka tidur sama Hoseok-hyung." Jimin berbalik meraih botol air mineral yang ada di kamarnya kemudian memberikannya pada Yoongi. "Ini jam dua pagi."
Pantas saja kepalanya pusing sekali. Dia tidur dari menjelang sore hingga pagi. Yoongi mengusap matanya, mencoba menatap dengan lebih jelas.
"Kau belum tidur?"
"Belum." Jimin meletakkan gelas kosong itu di nakas. "Aku masih ada tugas."
"Bagaimana dengan Woozi?" Yoongi tidak ingat kapan dia sampai di rumah. Dia sudah terlelap ketika Jimin menggendongnya padahal baru melangkah beberapa meter. Yoongi tersenyum tipis, merasa heran pada dirinya. Dia sama sekali tak menyangka justru akan meminta Jimin menggendongnya. Apakah dia selelah itu? Yoongi hanya ingat seluruh kalimat dalam benaknya berkata dia sudah tak sanggup lagi.
"Tadi mereka sempat mengkhawatirkanmu, tapi aku bilang kau hanya kelelahan," ujar Jimin. Dia kembali pada kursi belajarnya, membiarkan Yoongi hanya menatap punggungnya. Yoongi masih bersandar. Matanya menatap ke arah Jimin yang mulai tenggelam pada pekerjaannya.
Yoongi menghela napas. Rasanya lelah sekali. Cahaya temaram benar-benar sesuai dengan yang dia butuhkan saat ini. Menenangkan. Yoongi merasa lebih ringan setelah tertidur tadi.
"Hei, Jim." Yoongi masih menatap langit-langit. Dia tidak melihat kalau Jimin tidak menoleh padanya, masih menghadap pekerjaannya. "Apa kau pernah jatuh cinta?"
Yoongi tak mendapat jawaban, tapi dia tidak peduli. Matanya masih abstrak menatap langit-langit temaram. Yoongi menghela lagi. "Apa kau pernah punya seseorang yang kau kagumi?"
Yoongi menatap cahaya temaram pada langit-langit. Sendu merasukinya hingga ke ulu hati. Sesuatu yang berat ingin segera dia lepaskan. Dia menghela napas, mulai melanjutkan kalimatnya. "Kupikir mulanya ini kagum biasa. Tidak. Aku masih penasaran apakah ini hanya kagum biasa?"
"Hyung.." Yoongi menoleh. Jimin memanggilnya, tanpa menoleh lagi. Dia hanya tampak menghentikan pekerjaannya. Yoongi menggumam tanda ia mendengarnya. "Besok, Taehyung mau pulang jam berapa?"
Yoongi mengerutkan keningnya, sejenak keheningan tercipta di antara mereka. Yoongi masih bergeming sebelum akhirnya membuka mulutnya dan mendelik. Jimin berbalik, menatap Yoongi dengan ekspresi yang hanya tampak sedikit seperti siluet. "Biar kupesankan tiketnya."
oOOOo
Hoseok berjalan cepat ke arah dapur. Matanya setengah terbuka, tapi cukup yakin kakinya tidak akan menabrak apapun untuk menuju ke sana. Dia membuka mulut, segera menarik sudutnya untuk menunjukkan senyuman cerahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angelic Sugar
أدب الهواةYoongi tak pernah ingin menjadi seperti Audy-tokoh dari novel Orizuka yang pernah dibacanya. Tapi ya krisis moneter saat mengerjakan skripsi membuatnya 'terpaksa' melakukannya. Ini hanya tentang Yoongi setelah bertemu Empat bersaudara yang mer...