Prolog

50.7K 2K 65
                                    

"Silahkan, Mbak, ini barangnya. Selamat datang kembali," ucap pramuniaga toko ini seraya menyerahkan bingkisan kado yang telah dimasukkan ke dalam kantung kertas padaku. Aku mengucapkan terima kasih sambil menentengnya di tangan kiriku.

Aku segera keluar dari toko kado tersebut dan mengabaikan pandangan orang-orang padaku. Aku sudah terbiasa dengan hal ini jadi aku cukup diam saja dan menganggap tidak ada apa. Walau aku juga sedikit bingung apa yang membuat mereka memerhatikan aku. Aku hanya mengenakan kemeja putih yang lengannya aku gulung hingga siku, celana ripped jeans hitam, Nike Air Jordan 1 Mid Light Smoke, dan ransel hitam kecil yang aku sampirkan di bahu untuk membawa gadget , dompet, dan beberapa barang lainnya. Aku membiarkan rambut brunette-ku tergerai menutupi punggungku. Penampilanku biasa saja kan? Tapi, mungkin karena tinggiku yang sedikit di atas rata-rata, yakni 173 cm.

Ambarukmo Plaza siang ini terlihat ramai dengan pengunjung. Aku berjalan menyusuri lantai 2 menuju escalator, aku terus turun hingga lantai bawah. Aku melangkahkan kakiku memasuki area Starbuck dan memesan menu favoritku. Setelah menunggu beberapa saat, kopi pesananku telah siap. Oke saatnya pulang dari sini dan segera ke tujuan berikutnya. Aku segera keluar menuju parkiran mobil. Tapi, sebelum pulang aku ingin mengambil uang dulu di ATM, aku tidak membawa uang cash. Rasanya tidak nyaman kalau tidak ada uang cash di dompet.

***

Aku mencari tempat kosong di parkiran motor Ambarukmo Plaza dan memarkirkan motorku dengan tergesa-gesa. Aku mengikat rambutku yang tidak seberapa panjang ini karena aku merasa sangat gerah. Entah kenapa cuaca terasa panas sekali hari ini. Aku melepaskan jaketku dan menyimpannya di dalam jok motor, aku rasa AC di dalam Amplaz cukup untuk mendinginkan efek panas dari luar. Aku memperhatikan pantulan wajahku di kaca spion, memastikan wajahku terlihat baik-baik saja. Aku merapikan rambutku yang agak berantakan, setelah cukup puas, aku melangkahkan kaki menuju pintu masuk sambil menepuk celana jeans-ku, menepiskan debu yang menempel selama perjalanan tadi.

"Semoga saja uang beasiswa sudah masuk. Aku harus membeli buku kuliah yang disarankan dosen kemarin," gumamku seraya melangkahkan kaki ke ATM Center yang letaknya ada di lantai bawah. Tapi, kalau uangnya belum juga masuk, bagaimana aku mengerjakan tugas kuliahku? Aku sibuk berpikir mencari solusi sambil jalan menunduk dan memegang kedua belah tali ranselku. Aku pasti terlihat seperti bocah petualang.

BRAK !!!

"Heh! Kalau jalan yang benar dong! Pakai mata!" teriak seorang perempuan dengan intonasi tinggi sambil memperhatikan kemeja putihnya yang ketumpahan kopi karena aku tabrak barusan. Paper bag berisi bungkusan kado terlepas dari genggamannya dan jatuh menghantam lantai.

"M-m-maaf...maafin aku. A-aku enggak sengaja," ucapku panik apalagi saat menyadari aku menumpahkan kopi miliknya dan membasahi kemeja putihnya. Aku refleks mencoba membersihkan noda kopinya namun sia-sia.

"Tidak usah!" sergahnya sembari menepis tanganku dengan kasar. Dia sepertinya sangat marah.

"Maaf, aku tidak sengaja. Maaf," ucapku pelan. Aku merasa sangat takut sampai tidak menyadari kalau aku hanya sendirian, perempuan tadi telah pergi dari hadapanku. Aku sontak mencari arah perginya dan mendapati dia sudah berjalan menjauh.

***

Aku bergegas menuju toilet yang tidak jauh dari lokasi ATM, aku ingin mencoba membersihkan noda kopi ini. Aku segera menuju wastafel yang kosong dan meletakkan belanjaanku di samping. Aku memperhatikan penampilanku di pantulan cermin di hadapanku, wajahku masih terlihat memerah menahan emosi. Orang-orang yang sedang mengantri di dalam toilet memandangku dan aku balik memandang mereka dengan tatapan tajam. Mereka tidak lagi berani memandangiku.

"Sialan!" gerutuku sembari mencoba membersihkan kemejaku dengan air yang mengucur tapi alih-alih bersih, malah terlihat semakin kotor. Menyebalkan sekali. Ini salah satu kemeja kesayanganku dan kenapa harus kotor dengan cara seperti ini, meski aku bisa saja aku cuci di apart nanti. Tapi, aku sudah terlanjur kesal dan rasanya tidak mungkin aku mengenakan pakaian kotor saat bepergian. Aku segera melepaskan kemejaku dan menyisakan tanktop putih.

Aku kembali memperhatikan pantulanku di cermin dan merapikan pakaianku. Tidak mungkin aku hanya mengenakan tanktop seperti ini, aku pasti akan semakin menjadi pusat perhatian. Setelah mengatur emosiku, aku segera membawa barang bawaanku keluar dari toilet dan menuju salah satu toko baju terdekat. Aku memilih salah satu kaos dan segera membayarnya ke kasir. Aku langsung memakainya di fitting room dan menyimpan kemeja kotorku di dalam tas yang sedianya untuk baju yang baru aku beli ini.

Aku masih sedikit kesal dengan kejadian tadi. Perempuan itu tiba-tiba saja muncul di hadapanku saat aku keluar dari pintu ATM Center dan langsung menabrakku. Dia sepertinya sedang melamun sehingga tidak memperhatikan sekitar. Tidak seharusnya aku langsung memarahinya seperti tadi, apalagi dia sudah minta maaf dan berusaha membersihkan, tapi aku kesal karena dia mengotori kemejaku.

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang