14. Distraction

10.2K 886 64
                                    

Besok aku dan Ocha akan pergi ke Singapura, dia kerja, aku jalan-jalan. Lumayan lah daripada tidak sama sekali. Memanjakan diri setelah berkutat dengan kerjaan dari Ayah yang cukup menyita waktu, pikiran, dan tenagaku. Tak banyak yang bisa dilihat sih karena aku sudah cukup sering ke sana tapi yah tak apalah, banyak turis Indonesia juga. Serasa ada di Indonesia sih sebenarnya, apalagi ada yang ngobrol dengan bahasa daerah lengkap dengan dialeknya.

By the way, sudah beberapa hari ini selalu ada karangan bunga yang dikirimkan ke café untukku tapi tanpa nama, aku menghubungi florist terkait tapi mereka tidak mau memberitahu, katanya pelanggan minta dirahasiakan identitasnya. Tapi sepertinya aku tahu ini ulah siapa. Orang itu selalu saja norak seperti ini.

Aku lebih baik bersantai saja seharian ini. Rasanya malas sekali mau ngapa-ngapain. Ocha juga hari ini makan siang dengan Rico yang katanya kebetulan ada di Singapura juga. Aku sedikit merasa tersisihkan, dia mengajakku ke sini tapi malah jalan-jalan dengan yang lain.

***

Rasanya sangat tidak nyaman diawasin oleh orang yang tidak dikenal padahal aku tidak merasa punya masalah dengannya. Vio berkali-kali memperingatkanku untuk menjauhi Rain, bahkan dia menyuruhku untuk berhenti bekerja di café. Apa-apaan sih orang ini? Aneh!

"Lo sengaja ya kerja di café itu biar bisa dekat dengan Rain?" tuduh Vio saat aku sedang menikmati batagor di kantin kampus.

"Aku tidak tau sebelumnya kalau dia owner café itu," sahutku tanpa menatapnya, bisa-bisa hilang lagi nafsu makanku gara-gara dia. Rugi aku sudah bayar ini.

"Halah. Bohong lo. Jujur aja deh." Loh kok nyolot?

"Apaan sih? Maunya apa? Aku jauhin Rain? Oke, tapi tolong jangan ganggu hidupku lagi."

"Kenapa lo gak berhenti kerja aja sekalian?"

"Emangnya kamu mau ngasih aku uang tiap bulan tanpa aku harus ngelakuin apa-apa?"

"Dih, siapa elo?"

"Makanya tidak usah mengatur rezekiku. Aku kerja di sana tanpa tahu dia owner-nya, sekalipun aku tahu, aku tetap akan melamar kerja di sana, karena tujuanku bukan dia."

"Kok lo keras kepala banget sih?"

"Bukannya kamu yang begitu? Sudah ditolak tapi ngotot mengejar dia. Sudah punya pacar juga."

"What the?! Awas kau!" ucapnya gusar dengan penuh emosi dan ancaman. Tangannya mengepal, nafasnya memburu seiring kulihat wajahnya mulai memerah karena emosi.

Syukurlah akhirnya dia pergi dari hadapanku meski dengan penuh emosi. Aku juga tidak ingin punya masalah dengan siapapun. Lagian aku juga tidak kenal dia, kenal Rain juga belum lama. Urusan percintaan dia kenapa aku pula yang kena?

~

Perkuliahan hari ini terasa membosankan, aku tidak bisa konsentrasi dengan materi perkuliahan hari ini. Firasatku tidak enak, ada apa ya? Sepertinya akan terjadi sesuatu. Entah apa lagi kali ini, seperti tidak cukup saja masalah dalam hidupku ini. Hmm memangnya aku punya masalah hidup apa, ya?

Syukurlah perkuliahan akhirnya berakhir tanpa ada tugas apapun dari dosen, sepertinya. Aku kurang memperhatikan. Pikiranku entah melayang kemana, aku bahkan beberapa kali disikut oleh temanku karena sering melamun. Aku berjalan keluar kelas menuju parkiran motor, aku ingin cepat pulang dan berangkat kerja. Motorku terparkir di bawah sinar matahari, huh pasti sangat panas lah itu joknya. Separuh parkiran sudah kosong, beberapa anak kelasku juga sudah bersiap pulang. Aku mencari kunci motorku di dalam tas.

"Yara, ban motormu bocor deh sepertinya," kata Dani, salah seorang teman sekelasku yang posisi motornya di sebelahku, menunjuk ban motorku. Dani bergerak mendekati motorku dan berjongkok sambil memeriksa ban motorku.

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang