7. Hospital

13.4K 999 85
                                    

Ini hari pertama aku masuk kerja sebagai kasir di café Rilassato. Jujur saja aku sangat gugup secara ini pengalaman pertama aku kerja, jadi aku masih harus banyak belajar. Untungnya ada Laras yang baik dan mau membantu mengajari aku, dia salah satu kasir yang akan bertukar shift denganku setiap harinya. Dia bersedia selalu dapat shift pagi tiap hari, menurutnya dia jadi banyak waktu untuk istirahat dan malamnya bisa jalan-jalan dengan pacarnya.

"Mbak Laras sudah lama kerja di sini?" tanyaku sambil membantu menyiapkan apa saja yang aku perlukan untuk bekerja nanti, besok aku akan melakukannya sendiri.

"Panggil Laras saja, Yara. Aku sudah bekerja di sini sudah kurang lebih tiga tahun sejak café ini pertama kali buka," sahutnya sambil membantu aku log in ke komputer. Dia mengajari aku dengan sabar dan tidak marah saat aku masih kurang mengerti beberapa hal. Untungnya aku tidak terlalu bodoh untuk cepat memahami apa saja yang diajarkannya.

"Yara, kamu belum sempat ya bertemu dengan Bu Renata?"

"Siapa tuh?" tanyaku bingung. Kemarin Bu Ocha hanya menyebut nama Mas Robby selaku manajer di sini dan Bu Ocha bilang dia menggantikan Mas Robby untuk sementara karena sedang cuti.

"Beliau salah satu owner cafe ini, selain Bu Ocha. Sebenarnya Bu Renata pemilik tunggal sih, tapi mungkin ikatan persahabatan antara mereka berdua sangat erat jadi mereka memutuskan ini milik bersama," ucap Laras sembari duduk di kursi yang tersedia di balik meja bar. Biasanya bartender yang duduk di sana saat sedang tidak ada pesanan.

"Orangnya galak?" tanyaku penasaran.

"Hmmm menurut aku sih Bu Renata itu orangnya tegas jadinya terkesan galak. Beliau baik kok, perhatian dengan para karyawannya," sahut Laras.

"Umurnya berapa? Kalau sahabatan dengan Bu Ocha berarti umur mereka tidak jauh beda, ya?" Aku jadi penasaran.

"Hmmm Bu Renata itu umurnya sekitar 27 tahun, kalau Bu Ocha lebih muda beberapa bulan saja. Cantik, cerdas, pekerja keras, tajir pula. Lebihnya, mereka itu orangnya sederhana, dalam artian mereka tidak berfoya-foya seperti kebanyakan orang yang sekelas mereka. Kamu tahulah maksud aku," jelasnya sambil tertawa, sepertinya Laras sangat mengagumi sosok bosnya itu.

"Masih muda, ya? Aku awalnya mengira pemilik cafe ini om-om yang dandy atau tante-tante galak yang hobinya dandan menor terus nyinyir sana sini," sahutku sambil tertawa.

"Hahaha nanti juga kamu pasti bertemu dengan beliau. Sebenarnya kemarin beliau ada di cafe tapi sepertinya beliau sedang ada kerjaan lain jadinya hanya Bu Ocha saja yang menemuimu," ucap Laras.
~

Hari ini pengunjung ramai meskipun termasuk hari kerja, hampir semua meja terisi oleh pelanggan. Aku mengedarkan pandangan sesaat sekedar melepas lelah mata yang memandang layar komputer sedari tadi. Laras masih akan menemaniku selama Mas Robby masih cuti, karena takutnya ada apa-apa yang aku tidak tahu bagaimana cara mengatasinya sendiri. Laras bilang besok Mas Robby sudah masuk kerja kembali.

Aku memandang ke arah pintu masuk yang baru saja terbuka. Ada denting bel yang berbunyi setiap kali pintunya terbuka. Hey bukankah itu Rain? Iya benar, itu Rain. Dia melangkah masuk dan langsung menuju meja tempat pertama kali aku melihatnya di sini. Dia melihatku. Aku langsung saja tersenyum dan menyapanya.

Eh? Dia tidak memedulikanku? Dia berlalu begitu saja tanpa menoleh ke arahku. Apa dia tidak mengenaliku?

Segera setelah dia duduk, Putri langsung menghampirinya sama seperti waktu aku pertama kali melihatnya di sini. Serius sekali ekspresinya tapi jadi semakin membuatnya semakin cantik. Apa memang dia selalu seperti itu ya setiap waktu?

Dia mengenakan kemeja putih yang dipadankan dengan blazer dan rok hitam, entahlah merek dan modelnya itu disebut apa, aku tidak begitu paham dengan dunia fashion. Tinggi badannya semakin terlihat menjulang dengan heels hitamnya yang sepertinya setinggi 7cm itu. Ini orang makan apa sih kok tinggi sekali badannya?

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang