33. In Between

7.6K 764 89
                                    

Setelah Rain meninggalkan resto, Abby mulai bercerita padaku; awal perkenalan mereka, hari-hari yang mereka lalui bersama, perasaannya pada Rain, perpisahannya dengan Rain, pertemuan mereka kembali beberapa bulan lalu. Aku terhenyak mengetahuinya.

"Rain bilang dia memang belum menceritakan tentangku padamu karena, dia merasa belum menemukan saat yang tepat. Seharusnya memang dia yang menceritakan ini padamu. Tapi, aku ingin bertemu denganmu. Jujur saja, aku masih mencintai Rain. Aku sangat mencintainya. Saat aku memintanya untuk menjalin hubungan denganku, lagi-lagi dia menolakku. Kali ini alasannya karena kamu. Kamu tahu bagaimana rasanya menjadi aku? Ah tidak, kamu pasti tidak akan bisa tahu.

"Aku saat ini tidak akan bicara tentang rasaku. Aku ingin tahu, bagaimana sesungguhnya perasaanmu pada Rain?" tanyanya dengan suara yang lembut sambil menatapku. Aku baru kali ini melihat secara langsung bagaimana seseorang yang matanya berwarna biru.

Aku bingung bagaimana menjawabnya. Apakah aku mencintai Rain? Menyukainya? Atau hanya sebatas kekaguman dan penasaran.

"Kamu ragu dengan perasaanmu sendiri?" tanyanya kembali, "tanya hatimu, bagaimana perasaanmu saat bersamanya, saat dia jauh darimu, saat dia menghilang tanpa kabar seperti beberapa bulan yang lalu," imbuhnya seraya bibirnya membusur mengukir sebuah senyuman.

"A-aku tidak tahu pasti tentang perasaanku padanya. Aku menikmati menghabiskan waktu bersamanya. Saat dia jauh atau tidak ada kabar seperti beberapa bulan terakhir, aku merasa khawatir, ingin tahu kabarnya, namun aku juga merasa dia seolah tidak peduli denganku, tidak menganggapku penting baginya. Akhirnya aku pun belajar untuk tidak peduli dengannya. Meski saat kembali melihatnya ada kelegaan dalam hatiku menyadari dia telah kembali dan baik-baik saja. Namun.." Aku terhenti, aku ragu untuk melanjutkan ucapanku.

"Ada apa? Katakanlah," ucapnya seraya mengelus punggung tanganku. Aku seperti tersengat listrik. Abby begitu ramah dan baik. Dapat terlihat jelas bagaimana dia begitu mencintai Rain. Dia menahan dan menekan emosinya hanya untuk kebahagiaan Rain.

"Aku bisa merasakan bagaimana kamu sangat mencintainya. Rain pun sepertinya mencintaimu hanya saja mungkin dia takut mengakui atau tidak menyadarinya. Mungkin dia salah mengartikan rasanya padaku. Aku hanya pelariannya saja, entah darimu atau dari perempuan yang pernah dia cintai di masa lalu. Buktinya dia langsung terbang menemuimu, bahkan tanpa memberitahukan apapun padaku. Meskipun kamu bilang itu karena permintaanmu, seharusnya dia tidak peduli itu kalau memang dia mencintaiku seperti yang kamu bilang.

"Terlebih lagi, apa yang aku harapkan dari hubungan yang seperti ini? Aku tidak bisa mengenalkannya pada keluargaku sebagai kekasihku. Orang tuaku bisa-bisa mengira aku dirasuki setan." Aku tertawa pelan membayangkan orang tuaku akan meruqiyah aku karena menganggap aku kesambet jin atau apalah.

"Orang tuaku tidak akan merestui hubungan kami. Aku hanya akan menyakitinya dan menyakiti diriku sendiri karena suatu saat nanti kami pasti akan berpisah karena keadaan," lanjutku sambil menatap Abby. Semoga saja dia mengerti apa yang aku katakan.

"Jadi, kamu tidak mau menjalin hubungan dengan Rain?" tanyanya. Aku semakin bingung.

"Aku ingin terus bersama dengannya, tapi aku juga memikirkan masa depan. Aku jadi terbebani dengan ini. Dia juga seharusnya memikirkan masa depannya. Kamu juga. Apakah mungkin kita akan begini selamanya sementara hal ini berbenturan dengan norma-norma di masyarakat."

"Kamu benar."

"Kamu tentu mengenalnya lebih baik dari aku. Aku yakin kamu bisa membahagiakan dia melebihi kemampuanku."

"Wow, kamu melepaskan Rain untukku? Apa kamu yakin? Apa ini yang Rain inginkan? Dia pasti akan kecewa dengan sikapmu."

"Aku punya hak untuk menentukan sikap. Abby, kalian cocok. Kamu lebih pantas untuknya."

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang