23. Let Me

11.4K 1K 55
                                    

Café sudah mau tutup. Pelanggan satu persatu pulang. Dan kami pun sudah mulai berbenah merapikan café. Aku menyelesaikan pekerjaanku menghitung uang dan menyesuaikan dengan jumlah perhitungan yang tertera di layar komputer di depanku. Kemudian menyerahkannya pada Mas Robby yang nanti akan menyetorkan uangnya ke bank esok pagi.

Aku menunggu Rain di parkiran café, dia masih di ruangannya. Semua karyawan yang lain sudah pulang terlebih dahulu. Aku bilang sedang menunggu jemputan dari teman kostku pada mereka yang bertanya kenapa aku belum pulang. Setelah semua pulang, aku menghubungi Rain dan bilang semua karyawan sudah pulang tertinggal aku sendiri.

"Buruan ah, banyak nyamuk nih," ucapku sambil menghalau nyamuk yang mendekat. Dia mematikan telepon tanpa basa-basi. Tak lama dia sudah berjalan menuju mobilnya.

"Aku lapar. Kamu sudah makan?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.

"Belum lah, aku biasanya makan sepulang kerja. Kalau sudah terlalu capek, aku langsung tidur aja," sahutku.

"Ya sudah, beli yang cepat saji saja ya. Take away. Makan di apart aja, aku malas mampir makan."

"Terserah anda, Tuan Putri."

Dia mengarahkan mobilnya menuju salah satu gerai makanan cepat saji. Memesan makanan lewat drive-thru­ memang lebih memudahkan daripada antri di dalam sana. Setelah mendapatkan yang diinginkan (hmm ralat mendapatkan yang DIA inginkan, karena semua dia pesan tanpa bertanya denganku), kami pulang menuju apartemennya. Dia tidak banyak bicara seperti biasanya. Hanya diam saja sepanjang perjalanan diiringi sayup suara musik dari radio di mobilnya. Akupun enggan bicara karena sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.

Sesampainya di apartemen, aku dan dia segera mandi bergantian kemudian kami makan malam bersama. Setelah makan malam kami duduk di depan TV, dia kembali sibuk dengan pekerjaannya dan dengan posisi duduk di lantai seperti biasanya.

"Kamu masih mengurus kerjaan jam segini? Tidak capek?"

"Aku cuma baca e-mail aja kok. Kalau kamu mau tidur, tidur saja duluan."

"Aku belum mengantuk. Aku temanin kamu, ya? Tidak akan mengganggu kamu kok, daripada aku sendirian di kamar."

"Kamu takut sendirian di kamar?"

"Hehehe.." aku ketawa pelan. Aku sebenarnya tidak takut hanya saja aku merasa aneh sendirian di tempat yang asing buatku. Dulu saja waktu pertama kali aku ngekost,selama beberapa malam aku susah tidur.

"Lagipula aku memintamu ke sini supaya aku tidak merasa sendirian. Bukan untuk memberi kamu tempat tidur dan mengantar jemputmu kuliah."

Jleb!

"Iya, iya. Maaf. Aku mengerti kok," sahutku. Aku duduk di lantai menemaninya. Kan kurang ajar kalau aku duduk di sofa sementara dia yang lebih tua dan tuan rumah malah duduk di lantai.

"Kamu duduk di sofa saja. Kalau mengantuk, tiduran. Nanti aku bangunkan kalau aku sudah selesai."

"Di sini aja tidak apa-apa kok. Aku.."

"Di sofa, Yara," ucapnya memotong kalimatku yang belum selesai.

Aku segera berpindah duduk di sofa. Aku mengamati sosoknya yang sedang serius dengan aktifitasnya.

Dia mengenakan boxer warna biru laut, baju kaos warna putih dengan gambar penguin. Rambutnya di-cepol, hair messy bun. Beberapa helai anak rambutnya jatuh menutupi leher jenjangnya yang putih. Dia duduk bersila di lantai. Celananya tertarik hingga menampakkan hampir seluruh pahanya yang putih mulus. Dia tidak merasa dingin apa ya dengan berpakaian seperti itu?

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang