18. I Wanna Hold You

9.4K 798 42
                                    

"Yara, nanti temani aku pergi cari buku ya sekalian makan," ucap Dafa. Dia tiba-tiba sudah berdiri di sampingku. Aku melihat ke arah Mbak Ningsih yang duduk di depanku. Mbak Ningsih balas menatapku kemudian beralih menatap Dafa sejenak dan menatapku lagi.

"Sepertinya aku tidak bisa, deh. Aku kan kerja hari ini," ucapku sambil melihat jam tanganku, "tuh satu setengah jam lagi aku masuk kerja. Aku mesti pulang sekarang untuk siap-siap kerja. Lain kali aja ya kalau aku off kerja," imbuhku seraya tersenyum. Aku segera berdiri diikuti Mbak Ningsih.

"Tidak! Kamu harus pergi denganku!" Dia tiba-tiba mencengkram lenganku dengan wajah memerah.

"Dafa, sakit. Lepaskan tangan kamu. Aku tidak bisa, aku harus masuk kerja." Aku meringis kesakitan karena cengkraman tangannya dan berusaha melepaskan tangannya dari lenganku. Gila ini orang, badanku yang kurus begini dicengkram sedemikan rupa, bisa remuk lenganku.

"Tidak, sebelum kamu bilang iya, aku tidak akan lepasin kamu. Akhir-akhir ini kamu selalu menghindariku." Dia makin mengeratkan cengkramannya dan lenganku rasanya sakit banget. Rasanya aku ingin menangis. Mbak Ningsih menatapku khawatir.

Splash!!!

Mbak Ningsih menyiramkan air minum ke wajah Dafa. Dafa kaget dan jadi sedikit mengendurkan cengkramannya bertepatan dengan Mbak Ningsih yang langsung menarikku dan aku terlepas dari Dafa. Aku memegang lenganku yang terasa sakit dan memerah. Aku berdiri di samping Mbak Ningsih tanpa berani menatap Dafa.

"Jaga kelakuanmu, Dafa. Ini tempat umum dan kamu berlaku kasar terhadap seorang wanita. Kamu menyakiti Yara." Dafa tersentak kaget dan menatapku yang diam membisu. Begitu menyadari kami jadi tontonan di kantin kampus ini, dia langsung beranjak pergi.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Mbak Ningsih sambil mengusap lenganku yang memerah. Aku tersenyum dan mengangguk sambil mengucapkan terima kasih. Kami berjalan meninggalkan kantin. Aku ingin segera pulang ke kost. Saat melewati kumpulan para perempuan yang sedang duduk bergerombol, aku mendengar seseorang berbisik yang aku yakin tertuju padaku.

"Bitch!"

~

Kalau awal bulan begini café selalu lebih ramai dari biasanya. Para mahasiswa yang baru dapat transferan ataupun pegawai kantoran yang baru saja menerima gaji akan beramai-ramai datang ke sini, ditambah lagi harga di sini sangat terjangkau.

Aku sudah 2 bulan kerja di sini dan berarti sudah dua kali gajian. Aku memberikan sebagian gaji pertamaku dulu untuk orang tuaku tapi mereka menolak katanya ditabung saja untuk keperluanku nanti, bahkan jatah bulananku pun tidak mereka kurangi hanya karena aku sudah bekerja. Mereka mendukung niat kerjaku untuk biaya skripsi dan wisudaku nanti. Tentu saja perihal aku bekerja tidak boleh ketahuan pihak kampus karena nanti beasiswaku bisa dicabut.

Terkadang aku suka memperhatikan orang-orang di sini, banyak drama kehidupan. Ada yang pernah ketahuan selingkuh oleh pasangannya saat sedang kencan. Si laki-lakinya mengajak selingkuhannya, kebetulan laki-laki itu memang sering ke sini, terkadang dengan teman-temannya atau dengan pacarnya. Sial baginya saat itu, teman pacarnya melihat dia ke sini dengan perempuan lain, terus dilaporkan. Selanjutnya ya begitulah, drama perselingkuhan pun terbongkar. Seperti acara reality show yang di TV itu tuh yang mengungkap kebohongan dan perselingkuhan, walaupun itu acara cuma setting-an tapi kadang lucu juga buat disaksikan, anggap aja drama ftv. Mbak Ningsih malah yakin itu semua cerita nyata. Ahelah..

Ada sepasang kekasih yang katanya selalu merayakan hari jadi mereka tiap bulan di sini dan selalu di meja yang sama, katanya karena mereka dulu jadiannya di meja itu jadi seperti mengenang kembali kenangannya. Mereka sepertinya pasangan yang romantis. Si perempuannya sudah beberapa bulan terakhir selalu datang sendiri dan merayakannya dengan cara video call bareng pacarnya itu yang katanya sedang menyelesaikan master­-nya di Australia. Aku memang pernah melihatnya dulu dari sebelum aku kerja di sini. Hebat mereka bisa mempertahankan komitmen yang terjalin meski beda negara. Alvin dan Bella, begitulah nama yang pernah mereka sebutkan setiap kali mereka memesan meja.

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang