30. Coming Home

7.5K 767 58
                                    

3 bulan kemudian..

New York

"Sedang apa?" tanyanya seraya memelukku dari belakang. Aku tersenyum seraya memiringkan sedikit kepalaku. Wajahnya tepat mendarat di leherku. Dia menempelkan hidungnya dan menghirup apapun yang bisa ditangkap indera penciumannya. "Memikirkanmu," sahutku seraya mengelus pelan tangannya yang melingkari pinggangku. Dia tertawa pelan dan semakin membenamkan wajahnya. Aku merasakan sensasi geli dengan tingkahnya. Perlahan, aku memutar badanku sehingga kini kami berhadapan. Aku mengalungkan kedua tanganku di lehernya sambil menatap mata birunya.

"Rasanya aku masih tidak bisa merelakan jalannya waktu yang terasa begitu cepat. Waktuku pun hampir tiba. Bisakah aku menahan waktu untuk berhenti bergulir?" ucapnya seraya menatapku dengan pandangan teduhnya.

"Seandainya bisa, mungkin sudah kulakukan sejak dulu," sahutku pelan.

"Kamu sudah selesai berkemas?" tanyanya pelan.

Aku terpekur sesaat. "Sudah," jawabku.

"Kamu yakin akan pulang sekarang?" tanyanya lagi.

"Aku harus pulang. Aku punya janji dengan seseorang," sahutku.

"Aku mengerti," tukasnya pelan. Aku tahu, berat untuknya melepaskanku pergi.

"Rain, apa kamu akan merindukan aku?" tanyanya tanpa melepaskan pelukan.

"Bodoh. Aku selalu merindukanmu. Aku selalu memikirkanmu apalagi sejak kamu pergi dan menghilang dariku. Sekarang aku bisa bertemu lagi denganmu, tentu saja aku akan merindukanmu saat aku pulang nanti. Abby, berjanjilah kamu tidak akan menghilang lagi," jawabku sembari mengelus punggungnya.

Setelah beberapa lama, dia akhirnya melepaskan pelukannya. Air mata membasahi pipinya, dapat aku rasakan pundakku basah. Sambil tersenyum, aku hapus air matanya dengan ujung lengan bajuku. "Aku cengeng ya?" tanyanya sambil tertawa pelan. Aku hanya tertawa mendengarnya. "Malah ditertawakan," rajuknya. Aku mencium keningnya, kemudian berjalan meninggalkannya yang masih berdiri di tengah kamar. "Sudah malam, mau tidur bersamaku?" tanyaku sambil merebahkan diri. Tanpa menjawab dia langsung menyusulku dan memelukku. Kuhadiahkan kecupan selamat malam di keningnya. Malam itu kami tidur dengan rasa yang bergelut di hati dan pikiran masing-masing.

~

Hari ini aku berangkat meninggalkan New York menuju Jakarta, penerbangan pukul 10.40 pagi. Saat ini di Jakarta sudah jam 09.40 malam, perbedaan waktu 11 jam lebih awal di New York dibandingkan dengan Indonesia. Aku memutuskan untuk makan terlebih dahulu di bandara, karena masih ada waktu. Aku sengaja datang beberapa jam lebih awal supaya tidak terburu-buru dan menghindari kemungkinan macet.

Ada terdapat lebih dari 150 tempat makan yang tersebar di bandara internasional ini. Untungnya ada Air Train yang memudahkan para calon penumpang untuk berpindah tempat. Yang mengitari bandara selama 24 jam penuh dengan waktu beroperasi setiap 4 hingga 12 menit. Setelah selesai makan, segeranya menuju terminal keberangkatanku. Memasuki bagian imigrasi, blablabla segala birokrasinya hingga akhirnya aku sudah ada di dalam pesawat yang akan membawaku meninggalkan New York.

Perjalanan selama 15 jam 55 menit dari JFK menuju bandara di Guangzhou, China. Hampir 16 jam di atas udara memang cukup melelahkan. Setibanya di Guangzhou, aku ingin merelaksasikan punggungku. Aku mencari tempat yang menyediakan jasa pijat dengan mesin otomatis. Cukup banyak tersedia di sini. Transit hampir 2 jam memberikan cukup waktu untuk sekedar melepaskan kepenatan. Walau memang di dalam pesawat bisa berjalan-jalan sebentar. Penerbangan selanjutnya menuju Jakarta. Sebelumnya aku sudah menelpon Pak Hadi, memintanya untuk menjemputku di bandara jam 8 malam. Sehingga ketika pesawatku tiba pukul 8.30 malam, Pak Hadi sudah menungguku di depan terminal kedatangan internasional. Aku rindu tempat tidur. Sepertinya aku akan ada di Jakarta 1 hari sebelum kembali ke Jogja. Perjalanan hampir 23 jam ini cukup melelahkan.

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang