12. Jealous

12.1K 923 89
                                    

"Kamu ingat Vio?" tanya Rain sambil fokus menyetir.

"Iya ingat kok. Memang kenapa kok kamu bertanya tentang dia?" jawab Kak Ocha sembari memalingkan wajahnya menghadap Rain. Aku hanya memperhatikan mereka dari bangku belakang.

"Sepulang dari makan siang tadi, aku mampir minimarket. Di sana aku ketemu Vio dan perempuannya." Oh Rain bahas perempuan yang tadi siang. Sekilas dia melirik aku yang memerhatikan mereka. "Dia masih seperti dulu, penampilannya. Malahan makin terlihat seperti lelaki," ucapnya.

"Butchi ya wajarlah begitu. Dia melihatmu?" Butchi? Apaan tuh?

"Iya, dia menegur dan mengajakku bicara. Di hadapan perempuannya dia bilang kangen denganku. Bodoh."

Perempuannya?

"Perempuannya cantik?"

"Biasa saja hmmm not bad, hanya saja dandanannya too much." Hmm iya aku lihat dandanan seorang perempuan yang memang agak berlebihan sih tadi. Aku tidak akan berani berdandan seperti itu.

"Hahaha.. Terus kalian ngobrol apa aja?" tanya Kak Ocha yang sepertinya juga mengenal perempuan tomboy itu. Vio, iya namanya Vio.

"Tidak ada, dia meminta kontakku tapi tidak aku berikan. Aku tinggalkan dia pergi sementara perempuannya marah-marah. Dia mengejarku hingga ke parkiran dan meneriakkan sesuatu seperti suatu saat aku bakal ketemu lagi dengan dia," jawab Rain datar.

"Dia sepertinya sangat tergila-gila sama kamu. Dulu waktu di SMA juga kan dia mengikuti kamu terus kemana-mana sampai teman-temanmu, Daniel dan Randy, ikutan risih. Hahahaha."

"Iya, sampai aku malas dan bosan. Untungnya dia tidak mengikuti aku hingga kuliah di luar negeri."

"Hahaha iya. Ingat tidak saat dia datang ke sekolah bawain kamu se-bouquet bunga mawar dan menyerahkannya ke kelas?"

"Ingat. Kemudian dia dimarahin oleh guru Kimia, Pak Joseph. Bodoh memang. Membuatku malu setengah mati. Ingin rasanya aku kirim dia ke Timbuktu atau pedalaman hutan Amazon."

Aku tersenyum membayangkannya. Yah pastinya akan malu sekali diperlakukan begitu walaupun romantis tapi salah tempat apalagi sesama perempuan juga. Tapi pantas sih kalau Rain mendapat perlakuan begitu, secara dia cantik. Siapa sih yang menolak untuk menyukai dia?

"Hahaha dan akhirnya banyak yang mengikuti caranya walau bukan dengan bunga, tapi banyak cowok yang memilih menyerahkan hadiah-hadiah untuk menarik simpatimu ketimbang mengajak kenalan dan chat-chat tidak penting," sahut Kak Ocha sambil tertawa.

"Mereka idiot, norak, kekanak-kanakan," sungut Rain dengan wajah masam.

"Begitulah kalau sudah menyukai seseorang, terkadang orang akan menjadi bodoh, norak, kekanak-kanakan. Mereka akan melakukan apa saja untuk menyenangkan orang yang mereka taksir atau pasangannya, memberikan yang terbaik semampunya, bahkan ada yang memang berlebihan. Tapi, perasaan akan mengaburkan logika. Istilahnya nih, seluruh isi dunia akan diberikan untuk orang terkasih."

"Hiperbolis."

"Kamu akan mengalaminya kalau nanti kamu jatuh cinta dengan seseorang, Baby."

"Tidak akan."

"Lihat saja nanti," ucap Kak Ocha. Rain memalingkan wajahnya menatap Kak Ocha sambil tersenyum. Ini pertama kalinya aku melihat senyum tulus Rain.

~

Kami duduk menikmati es krim di salah satu resto fast food di bandara sembari menunggu jadwal penerbangan.

"Yara, bagaimana keadaan kamu? Sudah baikan?" tanya kak Ocha.

"Sudah mendingan kok. Terima kasih atas bantuan dan perhatian kalian buat aku. Padahal kita.."

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang