21. With You

10.4K 895 41
                                    

Aku memperhatikan Dafa yang sedang asyik mesra-mesraan dengan seorang perempuan yang tiba-tiba aku ingat siapa dia. Itu perempuan yang ada di kantin kampus sewaktu aku berantem dengan Dafa. Dia yang ngomong bitch saat aku lewat di depan dia dan teman-temannya. Mereka sepertinya sengaja memilih tempat agar aku bisa melihat apa yang mereka lakukan. Berulang kali aku melihat Dafa mengulurkan tangannya membenahi rambut perempuan itu, sementara tangannya yang lain menggenggam tangan perempuan itu di atas meja. Rasanya ingin aku lempar pisau ke arah mereka berdua.

Aku mengalihkan pandanganku dan kembali fokus dengan pekerjaanku. Aku tidak ingin apa yang aku alami malam ini mempengaruhi kinerjaku. Sudah dikatakan sebelumnya, bahwa kehidupan pribadi jangan dicampur-adukkan dengan pekerjaan. Meskipun tidak dipungkiri, aku memang jadi sedikit terganggu. Lagian, emosi siapa yang tidak akan berantakan, kalau melihat pasangannya selingkuh di depan mata sendiri. Sengaja pula.

"Itu pacarmu, kan?" tanya Agung yang tiba-tiba ada di sampingku. Raut wajahnya mengeras melihat ke arah Dafa yang saat ini sedang menyuapi si perempuan itu, entah apa. Semoga keselek.

"Iya. Tapi, sekarang jadi mantan," sahutku sambil menghela nafas. Kenapa juga Agung mesti menyadarinya. "Sudahlah, abaikan saja."

"Dia selingkuh? Dengan perempuan norak itu?" tanya Agung dengan nada sinis.

"Mungkin perempuan itu lebih dari aku di mata Dafa," jawabku sambil mencoba tersenyum.

"Itu perempuan yang aku lihat dulu. Ingat tidak, waktu aku bertanya tentang saudara perempuan laki-laki kampret itu?" tanya Putri yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingku. Jadinya aku diapit oleh Agung dan Putri.

"Kamu pernah ketemu mereka sebelumnya?" tanya Agung ke Putri.

"Iya, di Amplaz. Waktu aku pergi dengan pacarku, aku melihat mereka," jawabnya. Oh, Putri udah punya pacar toh. Kayaknya tidak pernah diajak ke sini deh.

"Kamu tahu tentang itu, Yara?" tanya Agung padaku. Aku menggelengkan kepala. "Dia sengaja datang ke sini untuk menunjukkan kalau dia punya pacar baru padahal kalian belum putus?" tanya Agung lagi dan kali ini aku jawab dengan anggukan. "Laki-laki bangsat!" maki Agung.

"Laki-laki brengsek!" maki Putri berbarengan dengan Agung.

"Ssstttt sudah ah. Nanti terdengar pelanggan lain. Balik kerja gih, biar nanti aku selesaikan sendiri masalahku," tukasku menengahi.

"Kalau ada apa-apa, cerita ya. Aku siap mendengarkan dan membantu," ucap Putri sambil mengelus punggungku menenangkan. Aku mengangguk dan tersenyum, sambil mengucapkan terima kasih.

"Kalau kamu butuh tenaga untuk menghajar dia, aku siap maju," tukas Agung. Aku tersenyum kearahnya. Badan Agung lebih tegap dan berisi dibanding Dafa dan dia katanya dulunya menekuni seni bela diri. Kalau sampai Agung menghajar Dafa, bisa dipastikan Dafa akan pulang dengan babak belur.

"Aku butuh tenaga kamu untuk membuatkan minuman pelanggan. Gih sana," usirku sambil ketawa dan mendorong punggungnya.

"Siap, bos!" jawabnya sambil ketawa dan kembali meracik minuman pelanggan yang baru memesan.

Aku kembali memalingkan wajahku dan melihat kearah Dafa bertepatan dengan dia yang juga menatap kearahku. Sesaat kemudian dia langsung memalingkan wajahnya menatap perempuan di hadapannya sambil tersenyum. Rasanya aku ingin menangis.

Mereka pulang tidak lama setelah makanan mereka habis. Saat mereka melangkah keluar cafe, perempuan itu menatap ke arahku sambil tersenyum sinis dan bergelayut manja di lengan Dafa. Ternyata mereka memang sengaja datang ke sini untuk memperlihatkan hubungan mereka.

~

Dafa : Kamu sudah paham kan hubungan kita seperti apa setelah di café tadi?

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang