13. Watch Out!

10.6K 897 62
                                    

"Vio? Vio siapa ya?" Aku mengernyitkan dahi mencoba mengingat siapa orang ini. Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat. Ah! Minimarket!

"Lo temannya Rain, kan? Gue liat lo kemaren naik mobil dia," sahutnya sambil melipat tangannya di atas meja dan memajukan badannya ke arahku. Aku jadi risih.

"Memangnya ada apa ya?" Aku berusaha tenang sementara 2 orang temanku menatap kami dalam kebingungan. "Kalian duluan aja, aku nanti nyusul," ucapku pada 2 orang temanku yang langsung pergi berpindah ke meja lain membawa makanan mereka masing-masing.

"Lo kayaknya akrab banget dengan Rain. Gue mau minta tolong sama lo." Dia menatapku sambil tersenyum sinis setelah tinggal kami berdua di meja ini.

"Hmmm.. Minta tolong apa ya?" Perasaanku mulai tidak enak nih.

"Jauhin Rain! Dia milik gue! Gue gak suka liat lo sama dia. Tadi gue liat lo diantar sama Rain. Entah apa hubungan lo sama dia, pokoknya jauh-jauh lo dari dia."

HAH??!!!

"Atas dasar apa kamu mengklaim dia milik kamu? Dia bukan barang, siapapun berhak dekat sama dia. Termasuk aku," sahutku sambil memberanikan diri menatapnya padahal aku gugup setengah mati tapi saat ini aku merasa harus berani bertahan.

"Dengar ya, gue udah lebih dulu menyukai Rain dibanding lo, gue lebih tau Rain, jadi gue yang berhak buat dekat sama dia. Gue gak tau seberapa lama kalian saling mengenal tapi gue yakin kalian kenal setelah di Jogja sini. Gue? Sejak masa sekolah di Jakarta. Jadi gue.."

"Aku tau. Dia sudah cerita denganku tentang kamu yang mengejar-ngejar dia saat SMA," potongku segera, seperti kebiasaan Rain yang malas mendengar penjelasan orang lain kalau dia sudah tau intinya. Aku tidak bohong kalau tahu ceritanya walau hanya sekilas dan yah Rain tidak cerita langsung sih tapi aku mendengarkan pembicaraan Rain dan kak Ocha.

"Berarti lo udah ngerti maksud gue. Jauhin dia atau lo gak bakalan tenang jalanin hidup," ancamnya sambil berdiri dan meninggalkan aku sendirian.

Aku menyingkirkan piring makananku ke tengah meja sambil menghela nafas. Aku sudah tidak bernafsu lagi untuk menyantapnya.

Dia kan sudah punya pacar,  kenapa dia masih mengejar-ngejar Rain? Kan kasihan pacarnya. Lagian apa hubungannya denganku? Rain itu kan.. nggg.. aaarrgghhhhh..

Hubunganku dengan Rain ini apa sih?? Pertemuan tak sengaja yang tidak mengenakkan, bekerja dengannya, tidur di apartemennya, hingga ciuman-ciuman itu. Sial! Aku langsung menyentuh bibirku sendiri saat mengingat bagaimana dia menciumku. Dia jago sekali nyiumnya, aku sampai tidak bisa menolak dan akhirnya menikmati sentuhan lembut bibirnya.

Kenapa aku jadi kayak lesbian begini sih? Aku normal! Aku masih tertarik dengan laki-laki, aku tidak tertarik dengan... Huft otakku udah tidak beres kayaknya. Lanjut kuliah aja deh..

***

"Baby, kamu mau sampai kapan menahan Yara? Atas dasar apa sih? Kok kamu kayaknya perhatian banget sama dia." Ocha mulai mempertanyakan sikapku. Aku tahu dia pasti akan menanyakan ini.

"Nanti malam dia sudah tidur di kostnya sesuai perjanjian kita," sahutku sambil berlari di treadmill sambil ngobrol via telpon dengan Ocha.

"Kamu belum jawab semua pertanyaanku."

"Karena aku hanya ingin menolongnya. Kasihan anak perantauan."

"Kamu kan baru mengenalnya."

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang