20. Plus One

9.8K 849 18
                                    

Sudah berlalu beberapa hari sejak terakhir kali aku bicara dengan Rain di parkiran café malam itu. Dia mulai nongkrong lagi di café seperti biasanya. Aku cukup kaget melihatnya masuk melewati pintu depan café dan berjalan melewatiku menuju meja favorite-nya.

Kehadirannya kali ini menyita perhatianku dan pengunjung café. Penampilannya kali ini berbeda dari biasanya. Dia mengenakan black dress long sleeves, strappy silettos in black dan clutch warna senada. Rambutnya dibiarkan tergerai menutupi punggungnya. Riasannya tipis namun tetap memancarkan pesonanya. Auranya terasa berbeda sekali, seolah waktu berhenti berputar dan semua berporos padanya. Langkah kakinya seakan menggema, seperti di film-film saat tokoh utama memasuki ruangan dan yang lainnya terdiam hingga hening dan hanya langkah kakinya yang terdengar.

Oke sebenarnya dia tidak sendiri, di sampingnya ada Kak Ocha yang penampilannya lebih mencolok dengan red dress off shoulder, red high heels, dan red clutch. Riasannya cukup berani apalagi dengan lipstiknya yang berwarna merah itu. Rambutnya dibiarkan terurai seperti Rain. Mungkin sebagian orang lebih memperhatikan Ocha tapi mataku hanya tertuju pada Rain. Dia terlihat cantik banget, so flawless. Apalagi saat dia menyibak rambut yang menutupi wajahnya.

Saat dia melewatiku, sepintas aku melihatnya seperti tersenyum tipis padaku yang segera hilang berganti wajah juteknya. Aku balas tersenyum padanya.

Mereka terlihat begitu cantik, pada mau ke mana ya? Mungkin mereka mau pergi ke pesta kali, ya. Pasti mereka ke salon, eh tapi kayaknya mereka tidak perlu ke salon deh secara mereka juga sepertinya tidak perlu dandan karena mereka tanpa make up saja sudah terlihat cantik. Aku bahkan tidak pernah pergi ke pesta apalagi dandan seperti mereka. Sebenarnya aku ingin sih menoba sekali saja berdandan seperti mereka. Memakai pakaian bagus, dandan cantik, berjalan anggun. Aku pernah mencoba pakai high heels milik temanku, aku hampir jatuh saat menggunakannya. Katanya aku berjalan seperti robot karena takut jatuh. Melihat perempuan lain berjalan dengan leluasa membuatku berpikir mereka itu hebat karena bisa berkonsentrasi untuk menyeimbangkan badan, berjalan, dan melakukan aktifitas lainnya.

Aku sering merasa tidak pede kalau berdandan seperti itu, takut hasilnya tidak seperti yang aku harapkan. Takut jadi tertawaan orang lain walau ada beberapa yang bilang aku pasti cantik kalau dandan. Makanya aku lebih suka berpakaian yang kasual saja bahkan aku hanya pakai bedak bayi.

Aku memperhatikan Rain yang sedang duduk ngobrol dengan kak Ocha, sesekali dia tersenyum saat Kak Ocha tertawa. Sudah lama aku tidak melihat senyumnya, aku jadi ikut tersenyum melihatnya. Memang ya tawa & senyum itu menular.

"Yara! Yara! Hey! Jangan melamun." Aku tersentak kaget mendapati Putri menegurku yang sedang asyik memperhatikan Rain.

"Eh iya maaf. Hehe.. Ada apa?" sahutku sambil cengengesan.

"Sedang memperhatikan siapa sih? Ada yang kamu kenal? Atau ada orang yang kamu taksir?" tanya Putri sambil melihat sekeliling.

"Haah? Ti-tidak kok, siapa yang naksir dia?" jawabku panik. Duh mampus! Salah ngomong.

"Dia? Emangnya aku menyebut nama? Wah berarti benar ya lagi naksir? Siapa? Eh bukannya kamu sudah punya pacar? Wah main hati yaaa," ucapnya sambil menunjuk mukaku dengan tatapan menuduh sambil ketawa menggodaku.

"Ih apaan sih? Tidak, tidak. Kerja, ayo kerja. Nanti dimarahin sama bos," ucapku sambil pura-pura sibuk. Pasti wajahku memerah karena malu saat ini.

"Yara, kamu masih pacaran dengan Dafa?" tanyanya dengan nada bicara yang berubah jadi serius.

"Iya, masih kok. Memang kenapa?" jawabku sambil mengambil segelas air putih.

"Mmhh Dafa punya saudara perempuan?" tanyanya lagi. Kenapa deh, kok jadi kepo. Tidak biasanya.

Back To You (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang