Seminggu kemudian...
"Kamu sudah gila, ya?! Kemarin kamu begitu bahagia sudah jadian dengannya, kenapa sekarang malah kamu bilang ingin meninggalkannya?"
"Aku sudah menjelaskan alasannya padamu. Kenapa kamu pertanyakan lagi?"
"Kamu sadar kalau yang kamu lakukan akan menyakitinya? Dia bisa saja menganggapmu hanya mempermainkan dia."
"Biarlah. Daripada nantinya aku dan dia mengecewakan orang tuanya."
"Jadi, kamu lebih memilih resiko dia yang akan membencimu karena sikapmu ini?"
"Iya. Aku rasa itu jauh lebih baik. Suatu saat nanti dia pasti akan mengerti maksudku. Bukankah dia sendiri pernah menolakku dengan alasan yang sama, hanya saja saat itu aku yang memilih untuk mengabaikannya dan mencoba membuatnya yakin padaku dan hubungan ini."
"Bagaimana kalau dia tidak mau tahu dan tetap ingin bersamamu?"
"Aku yang akan pergi."
"Bodoh! Kenapa kamu selalu seperti itu? Kamu hanya memikirkan ketenangan hatimu tanpa memikirkan orang lain. Apa kamu sadar kalau sikapmu itu seringkali menyakiti orang yang peduli dan sayang padamu?"
"Apa maksudmu?"
"Aku sering tidak mengerti dengan sikapmu. Kamu yang selalu bersikap menyukai dan menyayangi orang lain tapi sesaat kemudian kamu menarik diri dan membiarkan orang lain dalam kebimbangan. Saat orang lain sudah mulai terbiasa tanpamu, kamu datang kembali dengan sikap dan pengharapan yang sama. Lalu kamu kembali pergi. Kamu bodoh dan tidak peka atau kamu memang sejahat itu?"
"Siapa yang kamu maksud?"
"Aku! Aku, Rain! Tidak kah kamu menyadari selama ini kalau aku menyukai dan menyayangimu lebih dari yang seharusnya? Atau kamu tahu tapi berlagak tidak tahu?!"
"Ocha?"
"Aku menyukaimu sejak kita kecil dan mencintaimu seiring kita yang beranjak dewasa. Namun di matamu, aku hanyalah teman masa kecilmu. Sahabat dan adikmu. Kamu memperlakukanku lebih dari itu tapi tidak pernah kamu sadari bahwa hanya aku yang selalu ada untukmu. Kamu masih saja membutuhkan orang lain. Aku benci kamu!" teriaknya dengan suara bergetar dan mata yang berkaca-kaca menahan tangis.
Seketika dia berdiri dan lantas berlari menuju kamarnya. Dia membanting pintu kamarnya. Dapat kudengar suara kunci yang diputar. Dia mengurung diri.
Jadi, selama ini Ocha memiliki rasa padaku. Apa yang telah aku lakukan? Kenapa aku begitu bodoh?
Aku pernah ingin menyatakan isi hatiku padanya namun aku ragu dengan perasaanku sendiri. Saat itu aku benar-benar menolak rasaku padanya karena aku tahu itu salah. Perlahan aku mencoba membuang rasaku padanya. Menjauh darinya dengan cara kuliah ke luar negeri walau aku tetap saja tidak bisa menghapus rasa cintaku padanya dan dialah alasan aku menolak Abby.
Aku hanya tidak ingin merusak hubungan persahabatanku dengannya. Aku pikir, dulu dia hanya menyayangiku sebatas sahabat dan kakak baginya. Aku bahkan terlambat menyadari tentang perasaannya padaku.
Sekarang apa yang harus aku lakukan?
***
Kenapa mencari kerja itu sangat susah dan melelahkan?
Aku sudah mengikuti tes masuk kerja di beberapa perusahaan, namun belum ada yang lolos. Belakangan aku tahu, kalau tidak punya orang dalam maka akan sulit untuk diterima masuk. Kalau seperti itu, percuma dong membuka loker dan melakukan tes segala macam untuk sekian banyak orang kalau ujung-ujungnya yang diterima sudah ditentukan. Buang-buang waktu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You (GxG)
General FictionPeringatan : Tidak disarankan untuk yang emosian 😈 Yang penasaran dengan cerita masa SMA dari dua tokoh di cerita ini bisa baca karya berjudul Denial. ➷ 29 Juli 2017 ➹ 1 Februari 2019